Sebagaimanadisebutkan dalam hadits, yang artinya "Allah memiliki nama-nama yang baik, maka berdoalah dengan menyebut nama-Nya".Untuk itu sebagai bahan pembelajaran Anda, berikut adalah 99 Nama-nama Allah SWT dalam Asmaul Husna dan pengertiannya beserta artinya lengkap. Keistimewaannyasetiap terjemahan diletakkan tepat dibawah ayat khat tanpa dipisah atau dipotong pada khat dan tulisan arabnya bagi memudahkan pembacaan. Jan 20 2021 Al Quran Amazing Perjilid Al Karim Wakaf Ibtida Terjemahan Per Kata dari Karya Bestari by Emme Marina. 03-5101 3683 03-5101 3684 03-5101 3649. Hanyabeberapa namun bisa dijadikan sebagai bahan untuk berdakwah atau menguatkan tentang pendapat berdasarkan hadits. Masih sangat banyak hadits-hadits lainnya yang tidak dituliskan dalam artikel kali ini. Semoga dari 21 Hadits Tentang Wanita Dalam Islam ini bisa memberikan manfaat bagi para pembaca sekalian. Salam ukhuwah 🙂 DownloadAyat Dan Hadits Tentang Memanfaatkan Waktu apk 5.1 for Android. Utilizing verses and Hadith About Time Redaksiasli hadis tentang najisnya anjing itu begini: "Sucinya bejanamu yang dijilat anjing ialah dengan membasuhnya tujuh kali, salah satunya dengan debu" (HR Bukhari & Muslim). Kata kunci dalam hadis ini ialah "dijilat" (Arabnya: walagha, wulûgh ). Interpretasi ulama fiqh terhadap kata "dijilat" itu tak sesederhana yang 10 pertanyaan dan jawaban tentang berbakti kepada orang tua. Waktu atau masa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 1997 adalah seluruh rangkaian saat ketika proses, perbuatan, atau keadaan berada atau berlangsung. Dalam hal ini, skala waktu merupakan interval antara dua buah keadaan/kejadian, atau bisa merupakan lama berlangsungnya suatu kejadian. Waktu adalah salah satu nikmat yang agung dari Allah Swt kepada manusia. Sudah sepantasnya manusia memanfaatkannya secara baik, efektif dan semaksimal mungkin untuk amal shalih. Islam menganjurkan agar manusia memanfaatkan waktu dan kesempatan yang dimiliki sehingga ia tidak termasuk golongan orang yang merugi. Hal itu tercantum dalam Qur'an Surat. Ashr dan Rasulullah Saw juga menganjurkan agar manusia memanfaatkan kesempatan yang ia miliki. Diantaranya sebagai berikutبِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ وَالْعَصْرِ إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ Artinya, 1. Demi masa. 2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, 3. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. QS. Al-'Ashr. 1-3 Asbabun Nuzul. Banyak orang yang mengutuk waktu Ashar. Mereka mengatakan bahwa waktu ashar adalah waktu yang celaka atau waktu nahaas. Menurut mereka banyak bahaya yang terjadi pada waktu Ashar. Berkait dengan hal tersebut, turunlah Surah Al 'Ashr yang member penjelasan ashar tidak salah. Kesalahan sebenarnya adalah manusia yan menggunakan waktu tesebut untuk hal-hal yang tidak terpuji. Penjelasan Ayat Pada ayat pertama, Allah Swt memulai surat ini dengan sumpah. Sebagaimana والشمس، والفجر، والضحى، والتين، Ketika manusia bersumpah atas nama Allah Swt, maka Allah Swt bersumpah atas nama makhlukNya. Hal tersebut disebabkan tidak ada selain Dia kecuali makhlukNya. Dan sumpah Allah Swt demi masa ini menunjukkan bahwa waktu itu sangat penting sehingga Allah Swt bersumpah dengannya. Sebagaimana sumpah manusia untuk meyakinkan seseorang akan kebenaran, maka Allah Swt pun meyakinkan manusia akan pentingnya sebuah waktu bagi manusia. Pada ayat kedua, “Sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam kerugian” menunjukkan bahwa manusia banyak yang merugi. Sangat disayangkan bahwa kerugian manusia tersebut tidak banyak yang menyadarinya, sehingga Allah Swt bersumpah akan hal tersebut untuk meyakinkan manusia bahwa mereka sungguh berada dalam kerugian. Kerugian apakah yang dialami manusia? Yang mereka alami adalah kerugian tidak dapat menggunakan waktu di dunia ini dengan sebaik-baiknya sesuai dengan petunjuk Islam. Pada ayat ketiga, dijelaskan bahwa ada 3 syarat agar manusia tidak dikategorikan sebagai orang merugi. Yaitu beriman, mengerjakan amal sholeh dan saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran. Iman adalah syarat pertama manusia sebelum syarat yang lain. Hal tersebut menunjukkan bahwa iman merupakan hal mendasar yang tidak boleh dilupakan manusia. Keimanan akan sangat berpengaruh pada kehidupan setiap manusia. Siapapun yang memiliki keimanan yang kuat ia akan dapat mengamalkannya dalam keseharian, sehingga jika iman sudah di hati maka tidak mungkin manusia akan melupakan amal sholeh dan kebajikan, yaitu seluruh perbuatan baik yang tidak melanggar norma-norma ajaran Islam. Demikian surat ini menerangkan bahwa, semua manusia berada dalam keadaan merugi apabila dia tidak mengisi waktunya dengan perbuatan-perbuatan yanh baik. Rasulullah Saw bersabda; عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَر رَضِيَ الله عَنْهُمَا قَالَ أَخَذَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمَنْكِبِي فَقَالَ كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيْبٌ أَوْ عَابِرُسَبِيْلٍ وَكاَنَ ابْنُ عُمَرُ يَقُوْلُ إِذَا أَمْسَيْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ الصَّبَاحَ وَإِذَا أَصْبَحْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ الْمَسَاءَ وَخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ لِمَرَضِكَ وَ مِنْ حَيَاتِكَ لِمَوْتِكَ رواه البخاري. Terjemah lengkap Dari Abdullah bin Umar ia berkata “Rasulullah Saw memegang kedua pundakku seraya bersabda, Jadilah kamu di dunia ini seakan-akan kamu orang asing atau orang yang melewati suatu jalan.’ Ibnu Umar berkata.” Apabila kamu berada di sore hari janganlah kamu menunggu melakukan sesuatu hingga pagi hari datang. Apabila kamu berada di pagi hari jangankah menunggu melakukan sesuatu hingga sore datang. Gunakan waktu sehatmu untuk menghadapi sakitmu, dan waktu hidupmu untuk menghadapi matimu." HR. Bukhari Penjelasan Hadits Hadits tersebut menjelaskan tentang pentingnya waktu. Bahwa kita disuruh bersikap seperti orang asing atau orang yang melewati suatu jalan. Ada juga yang mengartikan orang yang menyeberang jalan. Dengan demikian kita harus menyadari bahwa kesempatan hidup di dunia ini hanya sebentar, seperti orang yang singgah ketika dalam perjalanan. Tidaklah mungkin orang yang sedang menyeberang jalan, bersantai di tengah jalan sedang ia belum sampai seberang. Tidaklah mungkin orang yang sedang singgah di perjalanan akan asyik bersantai sedangkan perjalanan belum sampai ke tujuan. Jika kita menginginkan tempat abadi yang memuaskan kelak, maka mestinya kita menyiapkan bekal kita, menggunakan waktu di perjalanan kita ini sebaik-baiknya. Jangan lengah ketika dalam perjalanan agar kendaraan kita tidak salah arah. Hendaknya kita gunakan waktu kita dengan berbagai hal yang berguna yang tidak menyalahi aturan agama kita. Janganlah membuang waktu percuma dengan hal-hal yang dapat mengotori jiwa/rohani kita, yang dapat membuat kita menyesal أَمْسَيْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ الصَّبَاحَ وَإِذَا أَصْبَحْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ الْمَسَاءَ “Jika engkau berada di sore hari janganlah menunggu melakukan sesuatu hingga pagi, dan jika engkau berada pada pagi hari, janganlah menunggu melakukan sesuatu hingga sore hari. “ Betapa banyak menusia menunda melakukan sesuatu yang berguna atau pekerjaannya atau kewajibannya pada waktu tertentu. Mereka terbiasa menundanya sampai mereka mau melakukannya. Mereka merasa masih banyak waktu untuk bisa melakukannya. Inilah penyakit waktu yang banyak menjangkiti manusia. Tidak hanya dewasa, seorang remaja atau pelajar pun juga sudah banyak yang mengidapnya. Seharusnya, seorang pelajar berusaha membiasakan diri untuk melakukan kewajibannya sebaik-baiknya. Mestinya seorang pelajar juga berusaha untuk berdisiplin memanfaatkan waktu dan memanfaatkan kesempatan. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw. عن ابن عباس رضي الله عنه قال قال رسول الله ص م إغتنمْ خمْسًا قبْلَ خَمْس شَبابَكَ قبْا هَرَمكَ, وَصحتَكَ قبْلَ سقَمكَ, وَفرَاغكَ قبْلَ شُغْلكَ, وَغنَاك قبْلَ فَقْركَ, وَحيَاتَكَ قَبْل مَوْتكَ . روه الحاكم والبيهقي Dari Ibnu Abbas berkata, Rasulullah Saw bersabda "Manfaatkan lima keadaan sebelum datang lima masa mudamu sebelum masa tuamu, masa sehatmu sebelum masa sakitmu, masa sempatmu sebelum masa sempitmu, masa kayamu sebelum datangnya fakirmu, dan masa hidupmu sebelum datangnya matimu." HR. Al Hakim dan Al Baihaki Pada hadits tersebut dijelaskan, bahwa kita harus mewaspadai lima hal, yaitu masa muda, masa sehat, masa sempat, masa kaya, dan masa hidup. Semua hal tersebut merupakan modal utama setiap manusia untuk mencapai keberhasilan, termasuk dalam mencari ilmu. Sebagaimana atsar dari Imam Ali Karramallahu wajhah. bahwa ada emam hal yang dibutuhkan seseorang dalam mencari ilmu, salah satunya adalah waktu. Naskah khutbah Jumat kali ini mengajak kepada khalayak untuk merefleksikan diri terhadap penggunaan waktu agar lebih manfaat dan berfaedah, tidak malah sia-sia dan tidak berguna. Khutbah Jumat ini mengingatkan bahwa waktu adalah karunia yang telah dianugerahkan pada manusia untuk dipergunakan sebaik-baiknya. Teks khutbah Jumat berikut ini berjudul " Khutbah Jumat Pentingnya Menghargai Waktu". Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini pada tampilan desktop. Semoga bermanfaat! Redaksi Khutbah I اَلْحَمْدُ للهِ. اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ يَحْشُرُنَا فِي الْمَحْشَرِ. أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ الْمَلِكُ الْجَبَّارُ وَأَشْهَدُ اَنَّ حَبِيْبَنَا وَ نَبِيَّنّا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ سَيِّدُ الْاِنْسِ وَالْبَشَرِ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِهِ وَاَصْحَابِهِ اَجْمَعِيْنَ اَمَّا بَعْدُ فَيَاأَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ. أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ وَالْعَصْرِۙ اِنَّ الْاِنْسَانَ لَفِيْ خُسْرٍۙ اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ ەۙ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah swt, Segala puji merupakan milik Allah swt, Tuhan semesta alam. Segala anugerah yang telah kita nikmati sampai detik ini, tidak lain adalah pemberian dari-Nya. Khususnya, nikmat iman, nikmat Islam, juga nikmat sehat wal afiat. Dengan kenikmatan-kenikmatan itu, sudah sepatutnya kita datang dan bertemu pada siang hari ini dalam rangka menunaikan ibadah kepada-Nya. Tidak lain, inilah bentuk syukur kita atas semua hal itu. Selanjutnya, khatib mengajak kita semua untuk senantiasa bershalawat kepada Nabi Muhammad, Allahumma shalli wa sallim wa barik alaih. Semoga shalawat kita juga dapat mengalir kepada keluarganya, sahabatnya, tabi’in, dan juga kepada kita semua selaku umatnya. Amin ya rabbal alamin. Allah swt memerintahkan kita untuk meningkatkan ketakwaan kita kepada-Nya dengan senantiasa mendekatkan diri kepada-Nya melalui ibadah-ibadah, melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala hal yang dilarang oleh-Nya. Sebagai bagian dari peningkatan takwa itu, kita perlu memanfaatkan waktu sebaik-baiknya. Sebab, waktu merupakan hal paling berharga. Sekali berlalu, waktu tidak akan pernah kembali dan terulang. Waktu tidak dapat dibeli. 24 jam dalam sehari, 60 menit dalam satu jam, dan seterusnya tidak dapat berubah, bertambah atau berkurang. Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah swt. Waktu terus melaju begitu cepat. Tak terasa, kita sudah berada di penghujung tahun 1443 H dan siap untuk memasuki tahun baru 1444 H. Pergantian tahun ini merupakan momentum yang tepat untuk kita menata ulang dalam pemanfaatan kita terhadap waktu. Barangkali, kita telah banyak menyia-nyiakan waktu di tahun-tahun belakangan, kita harus mengubahnya agar lebih bermanfaat. Kerap kali kita menyepelekan waktu begitu saja. Baru setelah berlalu, kita menyesalinya. Misalnya saja, kita tentu sering mengatakan, “Nanti.” Penanti-nantian ini tentu sebetulnya dapat merugikan kita sendiri. Padahal, kesempatan tidak akan datang dua kali. Sekalipun ada kesempatan serupa yang datang di waktu lain, tentu memiliki nilai yang berbeda dengan kesempatan pertama. Sedemikian pentingnya waktu ini sampai-sampai Allah swt bersumpah dengan nama-nama waktu. Hal itu tampak dalam awal beberapa surat Al-Qur’an pada juz 30, Wal ashri, Wal laili, Wan nahari, Wad dluha, dan seterusnya. Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah swt, Saking berharganya waktu, orang Barat menganalogikannya dengan emas. Sebagaimana kita ketahui, emas merupakan logam mulia yang memiliki harga tertinggi. Artinya, waktu memiliki harga paling tinggi dari apapun. Lebih dari itu, orang Arab memiliki pepatah yang sangat baik untuk mengingatkan kita agar memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Bagi mereka, waktu itu diibaratkan sebilah pedang. Jika kita tidak bisa menggunakannya, justru kita sendiri yang bakal ditebas olehnya. Oleh karena itu, khatib mengajak kita semua, mulai hari ini kita harus memanfaatkan waktu sebaik-baiknya untuk kegiatan dan aktivitas yang positif dan produktif, yang memberikan manfaat bagi diri sendiri ataupun orang lain. Sebab, Rasulullah saw telah mengingatkan kita semua, bahwa baiknya seseorang itu paling tidak adalah meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat untuknya. مِنْ حُسْنِ إِسْلَامِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لَا يَعْنِيْهِ Artinya “Di antara kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat” HR Tirmidzi, Ibnu Majah Terlebih, dalam kaitannya dengan waktu itu, manusia disebut merugi karena telah menyia-nyiakan umurnya. Apalagi waktu tersebut digunakan untuk melakukan maksiat. Disebutkan dalam Tafsir Al-Shawi, hal tersebut merupakan kerugian yang betul-betul nyata. Seharusnya karunia waktu dalam hidup ini digunakan semaksimal mungkin untuk hal-hal positif, khususnya untuk menjalankan misi utama diciptakannya manusia ke dunia yakni untuk beribadah kepada Allah swt. Allah berfirman وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ Artinya "Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku". Ad-Dzariyat56 Semoga Allah swt menghindarkan kita dari perilaku menyia-nyiakan waktu, terlebih menggunakannya untuk bermaksiat sehingga menjadi orang yang rugi. Karenanya, kita semua berharap, Allah swt dapat memberikan petunjuk dan kekuatan-Nya kepada kita untuk dapat memanfaatkan waktu sebaik-baiknya, semaksimal mungkin dalam rangka bertakwa kepada-Nya. Dengan begitu, kita semua mudah-mudahan termasuk dalam golongan manusia yang beruntung. بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَيَا فَوْزَ الْمُسْتَغْفِرِيْنَ وَيَا نَجَاةَ التَّائِبِيْنَ Khutbah II اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ الْاِيْمَانِ وَالْاِسْلَامِ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَيْرِ الْأَنَامِ. وَعَلٰى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْكِرَامِ. أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ الْمَلِكُ الْقُدُّوْسُ السَّلَامُ وَأَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَاحِبُ الشَّرَفِ وَالْإِحْتِرَامِ. أَمَّا بَعْدُ. فَيَاأَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى اِنَّ اللهَ وَ مَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يٰأَيُّهَا الَّذِيْنَ أٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَ سَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلٰى أٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فْي الْعَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ وَارْضَ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ. وَعَنْ اَصْحَابِ نَبِيِّكَ اَجْمَعِيْنَ. وَالتَّابِعِبْنَ وَتَابِعِ التَّابِعِيْنَ وَ تَابِعِهِمْ اِلٰى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالطَّاعُوْنَ وَالْاَمْرَاضَ وَالْفِتَنَ مَا لَا يَدْفَعُهُ غَيْرُكَ عَنْ بَلَدِنَا هٰذَا اِنْدُوْنِيْسِيَّا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بِلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا اٰتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ. عِبَادَ اللهِ اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ. يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ. وَ اشْكُرُوْهُ عَلٰى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ. وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرُ Syakir NF, alumnus Pondok Buntet Pesantren Cirebon Ketika kita bicara mengenai harmoni' maka seolah terkesan di dalamnya upaya untuk menata dan mengatur not-not balok, menyusunnya sedemikian rupa dan akhirnya mengalun menghasilkan lagu. Jika diksi ini kita tambahkan diksi lainnya, yakni kehidupan’, maka kehidupan yang harmoni seolah diumpamakan sebagai sebuah lagu. Lagu yang sebelumnya terdiri atas nada-nada tak beraturan, diubah menjadi susunan not-not dengan tinggi rendah nadanya yang teratur. Inilah harmoni. Dalam konteks masyarakat majemuk, ikhtiar untuk menciptakan harmoni juga amat diperlukan. Bagaimana Islam memandang usaha ini dalam kehidupan berbangsa dan bernegara? KH Maimoen Zubair dalam sebuah pengantarbuku Fiqih Kebangsaan yang disusun oleh Himpunan Alumni Santri Lirboyo HIMASAL menyampaikan bahwa Islam pertama kali hadir di kota Makkah yang beriklim tandus dan kering, lalu hijrah ke kota Madinah al-Munawwarah. Di kota Madinah ini, iklim dakwah Islam tidak berlangsung keras dan fanatik, serta tidak memihak satu golongan tertentu, melainkan memihak kepada kebenaran, dari siapa pun kebenaran itu datang. Setidaknya dari keterangan beliau ini dapat kita catat bahwa telah terjadi pergeseran pola dakwah dalam Islam saat itu, dan jejak sejarah rekaman dakwah itu dapat kita temui dalam Surat Makkiyah dan Madaniyah dari Al-Qur’an. Pergeseran cara dakwah yang diteladankan oleh Rasulullah ini senantiasa terus berkembang dan mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Di Nusantara sendiri, para anggota Wali Songo melakukan dakwah dengan cara yang berbeda-beda. Ada yang menggunakan media wayang seperti yang dilakukan oleh Sunan Kalijogo. Ada pula yang menggunakan media gending, seperti yang dilakukan oleh Sunan Bonang dan Sunan Ampel. Karena pandai dalam mengolah media dakwah inilah, selanjutnya Islam sedemikian pesat berkembang di Nusantara bahkan mampu membalik keadaan dari semula minoritas menjadi mayoritas hingga dewasa ini. Nyaris tidak ditemui adanya ketegangan yang melahirkan konflik horizontal antarumat beragama di dalamnya, melainkan konflik yang dipicu oleh perebutan kekuasaan politik. Ini adalah teladan dakwah yang masih bisa kita temui bukti dan jejak sejarahnya hingga sekarang di Nusantara. Apakah menjaga harmoni ini bertentangan dengan syariat? Dalam konteks kehidupan masyarakat yang damai dan terjalin relasi timbal-balik yang tidak saling merugikan antarsesama umat beragama, ada banyak ayat yang mengisyaratkan pentingnya harmonisasi itu. Misalnya Al-Qur’an Surat al-Maidah [5] ayat 8. Di dalam ayat ini Allah ﷻ berfirman يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُوْنُوْا قَوَّامِيْنَ لِلّٰهِ شُهَدَاۤءَ بِالْقِسْطِۖ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَاٰنُ قَوْمٍ عَلٰٓى اَلَّا تَعْدِلُوْا ۗاِعْدِلُوْاۗ هُوَ اَقْرَبُ لِلتَّقْوٰىۖ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌۢ بِمَا تَعْمَلُوْنَ Artinya, “Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu sebagai penegak keadilan karena Allah, ketika menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah. Karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah! Sungguh, Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan” QS al-Maidah [5] ayat 8. Di dalam ayat ini, Allah ﷻ memerintahkan agar orang Islam senantiasa berlaku adil dalam segala hal, tanpa memandang golongan, kerabat atau agama yang dipeluknya. Keadilan merupakan yang harus dikedepankan untuk menjaga kehormatan manusia. Perintah mengedepankan keadilan ini bahkan diiringi agar berbuat baik ihsan kepada sesama. Ihsan di sini bukanlah semata tindakan baik namun kering dari adab dan etika sosial. Justru ihsan merupakan tindakan yang lebih dari sekedar melakukan kebaikan berupa pemberian materi, melainkan juga disertai dengan adab, toleransi, tepo seliro, dan sejenisnya. Tidak bersikap berlebih-lebihan sehingga memaksakan kehendak adalah bagian dari ihsan. Allah ﷻ menyampaikan perintah berbuat adil dan ihsan ini dalam Surat al-Nahl [16] ayat 90. اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاۤئِ ذِى الْقُرْبٰى وَيَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَاۤءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ Artinya, “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang melakukan perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran” QS al-Nahl [16] ayat 90. Bahkan di dalam Surat al-Mumtahinah [60] ayat 8, Allah ﷻ dengan tegas mengisyaratkan penjagaan harmoni kehidupan itu sebagai berikut لَا يَنْهٰىكُمُ اللّٰهُ عَنِ الَّذِيْنَ لَمْ يُقَاتِلُوْكُمْ فِى الدِّيْنِ وَلَمْ يُخْرِجُوْكُمْ مِّنْ دِيَارِكُمْ اَنْ تَبَرُّوْهُمْ وَتُقْسِطُوْٓا اِلَيْهِمْۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِيْنَ Artinya, “Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu dalam urusan agama dan tidak mengusir kamu dari kampung halamanmu. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.” QS Al-Mumtahinah [60] 8 Syekh Abdul Aziz al-’Awadly memberikan penjelasan terhadap ayat ini sebagai berikut وجه دلالة الآيات أن الله تعالى أوجب العدل في كل شيء ومع كل أحد وبين كل خصمين وأنه تعالى لم ينه المسلمين عن العدل مع غير المسلمين بل أمرهم ببرهم أي الإحسان إليهم والقسط معهم أي العدل Artinya, “Arah dari ayat ini adalah hendak menjelaskan bahwasanya Allah Ta’ala telah mewajibkan agar berlaku adil dalam segala hal dan kepada semua orang, bahkan kendati terjadi permusuhan antara kedua pihak. Dan Allah Ta’ala tidak melarang kaum muslimin untuk berbuat adil terhadap non muslim, bahkan justru malah diperintahkan agar berbuat baik kepada mereka al-ihsan serta berlaku adil kepada mereka” Abdul Aziz al-Iwadly, al-Qawa’id al-Kubra li al-Ta’ayusy al-Silmy min Khilِal al-Qawa’id al-Kulliyyah, disampaikan dalam al-Mu’tamar al-Shahafy li Nadwati Tathawwuri al-Ulum al-Fiqhiyah al-Tsaniyata Asyara, oleh Kementerian Wakaf dan Urusan Agama Mesir, pada tanggal 13 Maret 2013 M. Perintah untuk menjaga harmoni kehidupan dalam bingkai kebersamaan ini juga disinggung dalam QS Al-Syura [42] ayat 40. Di dalam ayat ini, Allah ﷻ menegaskan benci kepada pihak yang berbuat zalim aniaya. Dalam QS Al-Maidah [5] ayat 13, Allah ﷻ memerintahkan agar berlaku toleran atas kesalahan yang tidak seberapa. Ini juga merupakan teladan dari menjaga harmoni. Rasulullah ﷺ sebagai rasul pembawa risalah, juga banyak memberi contoh keteladanan dalam menjaga harmoni kehidupan. Misalnya, sebagaimana tergambar dalam hadits berikut عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عمر رضي الله عنهما، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ مَنْ قَتَلَ مُعَاهَدًا لَمْ يَرَحْ رَائِحَةَ الْجَنَّةِ، وَإِنَّ رِيحَهَا لَيُوجَد مِنْ مَسِيرَةِ أَرْبَعِينَ عَامًا. أَخْرَجَهُ الْبُخَارِيُّ. Artinya, “Dari sahabat Abdullah ibn Umar radliyallahu anhuma, dari Nabi ﷺ, beliau bersabda Barangsiapa membunuh seorang mu’ahad taat kepada kesepakatan bersama meskipun non-Muslim, maka dia tidak akan mencium bau surga. Sesungguhnya bau surga bisa tercium sedari perjalanan 40 tahun” HR Bukhari. Dalam riwayat yang lain, dari jalur sanad Shafwan ibn Salim disebutkan, bahwa Rasulullah ﷺ memberi peringatan yang keras kepada kaum muslimin yang berlaku aniaya terhadap kafir mu’ahad. Rasulullah bersabda ألا من ظلم معاهدا ، أو انتقصه، أو كلفه فوق طاقته، أو أخذ منه شيئا بغير طيب نفس ، فأنا حجيجه يوم القيامة . رواه أبو داود Artinya, “Ingatlah! Barangsiapa berlaku aniaya terhadap seorang mu’ahad, menekannya, atau membebaninya dengan beban yang tidak mampu ia tanggung, atau merampas hak mereka, maka aku adalah orang yang akan memintakan pertanggungjawabannya mu’ahad kelak di hari kiamat” HR. Abu Dawud. Sebenarnya masih banyak teladan yang disampaikan oleh Rasulullah ﷺ dalam menjaga keharmonisan itu. Teladan yang paling masyhur adalah doa yang diajarkan oleh Rasulullah ﷺ. Suatu ketika Abu Musa Al-Asy’ari mendapati ada seorang Yahudi sedang berada di sisi Rasulullah ﷺ. Tiba-tiba si Yahudi ini bersin. Mendapati hal itu, spontan Rasulullah ﷺ berdoa يهديكم الله ويصلح بالكم Artinya “Semoga Allah ﷻ memberi hidayah kepadamu dan membagusi masa depanmu!” HR. Ahmad dan Abu Dawud. Di kesempatan lain, Al-Thufail ibn Amru al-Dausy mendatangi Rasulullah ﷺ lalu berkata إن دوسا هلكت أي عصت وأبت فادع الله عليهم “Sesungguhnya masyarakat Daus telah berbuat kerusakan durhaka dan menentang dakwah. Maka doakanlah tuan agar mereka ditimpa azab dari Allah ﷻ!” Apa jawab Nabi? Rasulullah ﷺ justru berdoa اللهم اهد دوسا وأت بهم “Ya Allah! Berilah hidayah masyarakat Daus dan kirimlah seseorang yang bisa membimbing mereka!” HR. Bukhari Semua doa yang diteladankan oleh Nabi ﷺ ternyata bukan turunnya azab, laknat dan sejenisnya, melainkan justru agar diberikan hidayah petunjuk kepada mereka. Inilah teladan Nabi dalam menjaga keharmonisan dalam kancah hubungan bermasyarakat. Bayangkan seandainya doa Nabi itu berupa azab atau doa keras lainnya! Bisa jadi umat beliau Rasulullah ﷺ tidak akan mencapai mayoritas penghuni muka bumi ini. Walhasil, jika orientasi utama dari beberapa hujjah dalil di atas kita tarik dalam konsep keislaman dan keindonesiaan, maka alangkah indahnya bila hujjah-hujjah semacam yang dikedepankan. Hal ini mengingat Indonesia adalah negara damai dan bukan menghadapi situasi perang. Dalam kondisi damai, semua warga negara adalah berlaku sama. Hukum merupakan ujung tombak bagi berlakunya keadilan. Inilah wajah Islam Indonesia, yaitu sebuah wajah yang ramah karena senantiasa mengedepankan maqashid syariah berupa penjagaan terhadap hak-hak individu/jiwa serta kehormatannya, dalam mewujudkan wajah Islam yang ramah dalam konteks berbangsa dan bernegara. Wallahu a’lam bi al-shawab Ustadz Muhammad Syamsudin, Wakil Sekretaris Bidang Maudlu’iyah - PW LBMNU Jawa Timur - Artikel ini diterbitkan atas kerja sama antara NU Online dan Direktorat Jendral Informasi dan Komunikasi Publik Kemkominfo JAKARTA - Di antara keutamaan Nabi Muhammad SAW adalah selalu menghargai waktu. Untuk menerapkan prinsip itu, beliau terbiasa berjalan dengan agak cepat. Pernah suatu hari, Abu Hurairah menirukan cara Rasulullah SAW berjalan pada saat mengantarkan jenazah seseorang. Apabila ia berjalan dengan langkah biasa, maka Rasulullah SAW pasti mendahuluinya. Namun, apabila ia berjalan dengan setengah lari, barulah Abu Hurairah dapat bersamaan atau mendahului Rasulullah. Rasulullah SAW juga selalu menghormati waktu orang lain. Sebagai contoh, beliau tidak suka mengakhiri perjalanannya pada malam hari. Beliau mengupayakan agar memulai perjalanan pada pagi hari. Dengan begitu, ketika beliau tiba, maka para penghuni rumah tak akan terganggu waktu istirahatnya. Dalam banyak ayat Alquran, Allah SWT menyinggung tentang waktu. Allah juga bersumpah demi masa dalam surah al-Ashr ayat 1. Pada surah tersebut, Alllah SWT menekankan betapa pentingnya menghargai waktu. Manusia hendaknya mengetahui hakikat waktu dengan selalu beramal saleh. Allah juga menjanjikan keberuntungan besar bagi mereka yang mengamalkannya. Perintah menghargai waktu lainnya adalah tersirat dalam waktu-waktu shalat yang telah Allah SWT tentukan. Selain merupakan bentuk kewajiban paling asasi, shalat dapat pula menjadi media pembelajaran bagi umat Muslim untuk menghargai dan menepatinya. Melalaikannya berarti gugur ibadah shalatnya dan berdosa. Pepatah Arab mengatakan, ”Waktu bagaikan pedang yang apabila kita tidak menggunakannya dengan baik maka celakalah kita.” sumber Hikmah Republika oleh Irman Sulaiman FauziBACA JUGA Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Klik di Sini On Jun 15, 2023 Last updated Hadits Tentang Menuntut Ilmu Dan Menghargai Waktu Beserta Artinya Embark on a thrilling expedition through the wonders of science and marvel at the infinite possibilities of the universe. From mind-boggling discoveries to mind-expanding theories, join us as we unlock the mysteries of the cosmos and unravel the tapestry of scientific knowledge in our Hadits Tentang Menuntut Ilmu Dan Menghargai Waktu Beserta Artinya section. Hadits Tentang Menghargai Waktu Beserta Arabnya Terbaru Hadits Tentang Menghargai Waktu Beserta Arabnya Terbaru Hadis Tentang Menghargai Orang Lain Sinau Kaligrafi Hadits Tentang Menuntut Ilmu Beserta Artinya Nusagates Porn Hadis Tentang Menghargai Orang Lain Sinau Hadits Menuntut Ilmu Lengkap Artinya Hadits Menuntut Ilmu Lengkap Artinya hadits menuntut ilmu hai teman teman semua, assalamualaikum di video kali ini kita akan belajar tentang hadits menuntut ilmu, studi materi al quran hadits kelompok 8 anggota nurul hiqmah 201190217 puspa yuli a 201190223 rizal fathoni ikhsan thaharah pai 6 c memahami hadits tentang menuntut ilmu dan menghargai waktu. video ini dibuat oleh 1. ani kurniawati 2. asrizal septi wibowo untuk memenuhi tugas mata kuliah studi materi al qur'an dan kelompok 10 1. hibbatul hindam 19140016 2. kus enda laela novirasari 19140040 3. m ali mashuri 19140087 اطلب العلم من المحد الى اللحد "tuntutlah ilmu dari buaian hingga liang lahat" sobat muslim untuk menebar ilmu dan kebaikan. pada assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh kami dari kelompok 8 kelas pai h mempersembahkan hasil video presentasi menghargai waktu dan menuntun ilmu. Conclusion After exploring the topic in depth, there is no doubt that post offers helpful information about Hadits Tentang Menuntut Ilmu Dan Menghargai Waktu Beserta Artinya. From start to finish, the writer presents a wealth of knowledge about the subject matter. Especially, the section on Y stands out as particularly informative. Thanks for this post. If you have any questions, feel free to contact me through social media. I look forward to hearing from you. Additionally, below are a few relevant posts that you may find useful Related image with hadits tentang menuntut ilmu dan menghargai waktu beserta artinya Related image with hadits tentang menuntut ilmu dan menghargai waktu beserta artinya Source Link

hadits tentang menghargai waktu beserta arabnya