DownloadE-book Amalan Dzikir Tarekat Sammaniyah dari Guru Sekumpul. Barangsiapa membaca doa di bawah ini setiap selesai shalat wajibmaka wajib bagiku memberikan syafaat dan wajib baginya masuk surga ุงู„ู„ู‡ู…. Siapapun yang bermimpi seorang guru jangan sumah. Ghani bin Syekh Abd. Doa ini didapatkan dari salah satu gurunya yakni Guru Bangil. GuruSekumpul mengajarkan Tarekat Sammaniyah. Monday, 3 Ramadhan 1443 / 04 April 2022 LafadzDzikir Nasyid sendiri berbunyi, "Lailahailallah dan Allah Hu". Jemaah secara teratur menggerak-gerakan kepala mereka ke kanan dan ke kiri diiringi syair. Inilah warisan tarekat Sammaniyah yang dibawakan Abah Guru Sekumpul semasa hidup. Yang dibumikan Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari atau Datuk Kelampayan di Tanah Banjar. Zuriatbeliau yang sekarang aktif mengembangkan tarekat Sammaniyah adalah "Guru Sekumpul" (Syekh H.M. Zaini Abdul Ghani), yang belajar dari keturunan beliau yang lain, yakni "Guru Bangil" (al-Allamah K.H. Syarwani Abdan) hingga pada saat sekarang ini perkembangan tarekat Sammaniyah semakin luas. 38K views, 126 likes, 25 loves, 14 comments, 53 shares, Facebook Watch Videos from Pecinta Quotes Ulama Banjar: Zikir Nasyid Tarekat Sammaniyah yg wariskan oleh Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari dari 10 pertanyaan dan jawaban tentang berbakti kepada orang tua. Musala Ar Raudah yang berada di Jalan Sekumpul, Martapura, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, menjadi pusat peringatan wafatnya ulama kharismatik, KH Muhammad Zaini Abdul Gani. Dikenal dengan sebutan Guru Sekumpul. Sabtu 29/2 malam, ribuan jamaah dari berbagai kota di Pulau Kalimantan, memenuhi jalanan. Mereka larut dalam lantunan zikir nasyid. Oleh Yoyok Setiono, Darul Asmawan โ€“ Martapura SEPANJANG Jalan Sekumpul, ribuan massa tumpah memenuhi area tersebut. Dan wilayah di sekitarnya. Di Lapangan Ratu Zalecha misalnya, jamaah mengikuti rangkaian zikir dengan bantuan layar lebar. Mereka khusyuk mengikuti salah satu prosesi haul ulama yang juga dikenal dengan sebutan Guru Ijai itu. Larut dalam alunan zikir nasyid yang disyairkan para ulama di dalam Musala Ar-Raudhah. Dalam siaran Ar Raudah TV yang dipancarkan dari dalam musala, terlihat kedua putra Guru Sekumpul. Yakni Muhammad Amin Badali, dan Ahmad Hafi Badali. Keduanya bersama para alim ulama dan para habib dari dalam dan luar negeri. Zikir nasyid merupakan ciri khas dari Sekumpul. Sebagai bagian Tarekat Sammaniyah. Diajarkan ulama yang akrab disapa Abah Guru Sekumpul semasa hidup. Lafaz Zikir Nasyid yang diajarkan Guru Sekumpul berbunyi, โ€œLailahailallah dan Allah Huโ€. Sambil melantunkan zikir tersebut, jamaah secara teratur menggelengkan kepala mereka ke kanan dan kiri. Zikir tersebut kemudian dibumikan Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari atau Datuk Kelampayan di Tanah Banjar. Sebelum Zikir Nasyid, jamaah terlebih dulu membacakan syair Maulid Simtudduror, lalu berdzikir. Kemudian ditutup dengan doa haul. Puncak acara akan berlangsung pada Minggu 1/3. KERAHKAN CCTV Selain memasang layar lebar di sejumlah lokasi, Pemerintah Kabupaten Banjar Baru juga menyiarkan kegiatan ini secara langsung melalui CCTV. Sedikitnya ada 10 lokasi yang dipasang CCTV dan dapat dimonitor secara langsung dari ponsel. Sepuluh lokasi kamera pemantau ada di Masjid Pancasila, Simpang Empat Sekumpul, Jalan Sei Paring, Jalan Simpang Empat Pendidikan, Jalan Tanjung Rema, Pasar Batuah, Air Mancur, Lapangan Ratu Zalecha, Kantor Kominfo, dan Polsek Martapura Kota. Kamera pengawas ini, selain memonitor pergerakan jamaah, juga untuk memberikan informasi secara langsung lokasi yang bisa dijadikan parkir. LAUTAN JAMAAH Jamaah yang berdatangan dari berbagai daerah di Indonesia, utamanya Pulau Kalimantan itu, sejak sore sudah memenuhi jalan utama komplek Ar-Raudah, Jalan Sekumpul. Sepanjang sekitar dua kilometer. Selain itu, jamaah juga membeludak hingga ke jalan poros Martapura, yaitu Jalan Ahmad Yani, serta memadati ratusan gang-gang kecil di sekeliling kompleks Kubah Guru Sekumpul. Muhammad Zaini, salah satu panitia yang ditemui media ini di lokasi kegiatan mengatakan, antusias masyarakat yang datang di luar dugaan. โ€œJumlahnya sudah seperti puncak peringatan haul tahun lalu Haul ke-14,โ€ ujarnya. Padahal, kata dia, puncak peringatan Haul ke-15 tahun ini, baru dilaksanakan Minggu, 1/3/2020 sore hari. Tapi, jamaah sudah berkumpul dua hari sebelumnya. โ€œGang-gang kecil di sekitar kompleks Ar-Raudah itu jumlahnya ratusan. Itu semua penuh dengan jamaah. Bahkan sampai ke Jalan Ahmad Yani sekitar 10 kilometer,โ€ lanjutnya. Berdasarkan pantauan tim Disway Kaltim, sejak sore pukul jamaah sudah berdatangan memenuhi gang-gang dan jalan-jalan di sekitar pusat kegiatan. Menggunakan karpet plastik sebagai alas untuk melaksanakan salat dan zikir bersama. Begitu juga rumah-rumah warga sekitar, yang ditempati oleh para jamaah perempuan. Pelaksanaan Haul ini dimulai dengan salat magrib berjamaah, yang mengikuti imam beberapa masjid dan musala di lokasi tersebut. Terhitung ada tiga masjid dan dua musala yang menjadi patokan salat para jamaah tersebut. Selepas salat magrib, acara dilanjutkan dengan pembacaan wirid. โ€œYaitu wirid Rautibul Athos dan Rautibul Haddad,โ€ jelas Muhammad Zaini. Pembacaan wirid terintegrasi dengan musala Ar-Raudah di kompleks Kubah Guru Sekumpul. Dipimpin langsung Imam Mushalla Ar-Raudah, Guru Haji Syaโ€™duddin, putra Guru Salman Jalil. Masih garis keturunan Guru Sekumpul. Untuk menghubungkan imam dengan jamaah yang berada di luar kompleks, panitia telah menyediakan ratusan perangkat layar dan proyektor yang menampilkan siaran langsung susana di dalam Musala Ar-Raudah. Melalui jaringan Arraudah TV. Tampilan siaran lansung tersebut juga didukung oleh ratusan pengeras suara yang juga terhubung ke imam di dalam musala. Selesai membaca wirid, para relawan segera membagikan makanan yang telah disedikan kepada para jamaah untuk dinikmati bersama-sama. Muhammad Zaini melanjutkan, usai berzikir, membaca wirid dan makan bersama, acara dilanjutkan dengan salat isya berjemaah. Usai itu disambung dengan pembacaan Alquran atau dalam bahasa Banjar disebut bedarau. Kemudian melantunkan syair-syair maulid dan nasyid. โ€œTerakhir, ditutup dengan pembacaan doa khusus almarhum Abah Guru Sekumpul,โ€ paparnya. Ribuan jamaah larut dalam suasana yang sakral dan penuh haru itu. Tidak sedikit jamaah yang terisak meneteskan air mata. Hingga selesai acara pada pukul Wita. Para jamaah kemudian membubarkan diri secara teratur menuju ke penginapan dan tempat peristirahatan terdekat untuk kembali mengikuti puncak pelaksanaan Haul ke-15 ini esok harinya. Menurut Muhammad Zaini, peringatan Haul Guru Sekumpul ke-15 ini kembali dihadiri oleh beberapa habaib dari Arab Saudi. Juga beberapa Habaib dari dalam negeri. โ€œAda dari Mekkah dan Madinah, yaitu Habib Ahmad Hibshi dan Habib Abdullah Al Habshi,โ€ tuturnya. Ia memperkirakan, jumlah jamaah yang akan hadir pada puncak perayaan lebih membeludak lagi. โ€œHari ini saya belum bisa prediksi jumlahnya, tapi sekilas terlihat semakin banyak dari tahun sebelumnya. Apalagi besok, puncak acaranya,โ€ kata dia. Muhammad Zaini menambahkan, pelaksanaan Haul ke-15 ini didukung oleh ribuan relawan yang mewakafkan dirinya untuk membantu melayani para jamaah. Mereka tidak diminta untuk menjadi relawan, melainkan sukarela masing-masing. โ€œSudah seminggu ini relawan bekerja. Ada yang mempersiapkan area, ada juga di dapur umum. Jumlah dapur umum untuk menyiapkan makanan bagi jamaah, jumlahnya juga mencapai ratusan,โ€ sambungnya. โ€œKita semua berharap keberkahan dari haul Abah Guru Sekumpul iniโ€. Abah Guru Sekumpul itu, lanjutnya, dikenal oleh masyarakat luas karena kewalian beliau. โ€œBeliau punya gelar wali kutub, yang diberikan oleh para habaib yang memiliki pemahaman agama yang levelnya sudah sangat tinggi,โ€ pungkasnya. dah Visited 19 times, 3 visits today Pada kesempatan ini, ada baiknya kita mencoba menelisik peran Kyai Haji Muhammad Zaini Ghani bin Abdul Ghani bin H. Abdullah bin Mufti H. Muhammad Khalid bin Khalifah H. Hasanuddin bin Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari, atau lebih populer dipanggil dengan sebutan Abah Guru Sekumpul, Mursyid Tarekat Sammaniyah, dalam memperbaharui religiusitas masyarakat Banjar. Walaupun mungkin tidak pada tataran konsep atau pemikiran tapi hanya pada tataran amaliyah atau praktek keagamaan. Humaidy Ibnu Sami, seorang Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Antasari Banjarmasin, memaparkan, setidaknya ada 5 pembaharuan religiusitas yang dilakukan Abah Guru Sekumpul. Pertama, beliau telah melakukan pembaharuan dalam bentuk membangkitkan kembali Mangaji Baduduk Majelis sebagai jenis pendidikan non formal yang hampir tenggelam karena diserbu oleh lembaga pendidikan formal dan semi-formal seperti pesantren, madrasah dan sekolah. Majelis pengajian di Sekumpul, Martapura yang massal dan kolosal, kemudian telah menjalar dan menumbuhkan banyak majlis di mana-mana bak cendawan berkembang di musim hujan. Majelis atau Mangaji Baduduk kembali digandrungi oleh masyarakat Banjar menyaingi lembaga-lembaga pendidikan formal dan semi-formal. Beliau sepertinya merevitalisasi Mangaji Baduduk yang pernah ditradisikan Datu Kalampayan Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari, di Kampung Dalam Pagar, Martapura. Kedua, beliau memperbaharui ritual sehabis setiap salat fardu seusai membaca wirid dan doa, yang asalnya berdiam merenung atau tafakkur diganti dengan membaca rabbighfirlii wa waalidayya 7 kali, Allahummaghfir lil muโ€™minin 10 kali, Ya Allahu biha 3 kali, laa ilaaha illallaah 3 kali, Muhammadarrasulullah Saw 1 kali, di tambah fi kulli lamhatin 3 kali, jazallah 3 kali dan Allaahumma baarik lii fil maut wa fiimaa baโ€™dal maut 3 kali. Kemudian, dalam shalat sunat Hajat, sehabis fatihah pada rakaat pertama beliau menganjurkan membaca Ayat Kursi dan pada rakaat kedua sehabis fatihah membaca Ayat Aamanar Rasul. Dahulu lazimnya yang dibaca sehabis fatihah adalah membaca surah Al-Kafirun 11 kali untuk rakaโ€™at pertama dan surah Al-Ikhlas 11 kali untuk rakaat kedua. Ketiga, beliau memperbaharui seni membaca Maulid Nabi Muhammad Saw. Jika sebelumnya orang bermaulid memakai Syaraful Anam, Barzanji karya Sayyid Jaโ€™far Al-Barjanzi, Dibaโ€™i karya Syekh Abdurrahman Ad-Dibaโ€™i dan Al-Burdah karya Imam Busyiri, beliau menggesernya lebih membaca Simtudh Dhurar atau Al-Habsyi karya Habib Ali Al-Habsyi. Kebetulan beliau mempunyai suara merdu dan sangat pandai ilmu Arudl hingga beliau banyak melahirkan dan menciptakan lagu-lagu maulid yang asyik dan indah. Beliau juga, kemudian mengkombinasikan antara syair-syair Al-Habsyi dan Syaraful Anam, Barzanji, Dibaโ€™i dan Burdah hingga menjadi sangat menarik. Tidak salah, jika Emha Ainun Najib, Habib Syekh dan banyak lagi penyanyi qasidah meminjam dan meniru lagu beliau. Dengan modal suara beliau yang sangat bagus dan merdu maulid Al-Habsyi menjadi digemari. Bermunculan banyak kelompok maulid habsyi, di wilayah Kalimantan Selatan bahkan menular sampai ke provinsi Kalimantan yang lain. Bukan hanya sampai di situ, beliau juga yang pertama kali menghidupkan kembali pembacaan maulid diiringi dengan irama musik bahkan tidak hanya tepukan terbang dan gendang juga alat musik lain seperti mandolin, biola, gitar, akurdion, organ dan piano. Keempat, beliau juga memperbaharui Tarekat Sammaniyah dengan melakukan penyederhanaan doktrin dan tatacara bertarekat, tidak serumit yang tertera di dalam kitab Hidayatus Salikin dan Siyarus Salikin karya Syekh Abdussamad Al-Falembani. Dalam baiโ€™ah masuk tarekat Sammaniyah bisa beliau lakukan secara massal dengan syarat mudah. Demikian juga, dalam memberikan ijazah bisa secara massal pula. Hanya seorang Mursyid yang berada pada maqam tertinggi dari tarekat Sammaniyah saja, yang memiliki otoritas dan wewenang menyelenggarakan baiat dan pemberian ijasah kepada murid-muridnya dengan sederhana. Kemudian, jumlah bacaan zikir untuk pemula atau awam yang biasanya 100 sampai 300 kali beliau ganti cukup 73 kali saja. Lalu, irama gerakan kepala ketika berzikir saat membaca la kepala berada di sebelah kiri dan saat illallah kepala dihentak ke sebelah kanan beliau silahkan ganti bagaimana enaknya saja. Di tangan beliau, masuk tarekat menjadi sangat mudah, sederhana dan tidak memberatkan sama sekali. Kelima, beliau juga memperbaharui pembacaan Manaqib Syekh Samman yang dahulunya sepi hanya dibaca setahun sekali dan dihadiri hanya sedikit orang menjadi sangat ramai dan dibaca hampir setiap bulan bahkan ada yang mingguan. Saat beliau hidup dan berada di Sekumpul, setiap tahun beliau menghauli Syekh Samman dengan acara besar-besaran bahkan menjadi semacam pertemuan rutin jamaah tarekat Sammaniyah sedunia. Karena saat itu berdatangan mursyid-mursyid tarekat Sammaniyah dari berbagai daerah Nusantara dan dari berbagai belahan negara muslim di dunia. Di sana waktu itu, acara intinya adalah pembacaan Manaqib Syekh Samman di tengah ribuan jamaah. Di bawah ini adalah ebook tentang dzikir-dzikir dan Amalan Tarekat Sammaniyah yang diijazahkan secara umum oleh Abah Guru Sekumpul dan kami himpun Pasulukan Loka Gandasasmita menjadi sebuah ebook. Silahkan didownload atau sekedar dibaca secara online di sini Download ๏ปฟJAKARTA - Guru Sekumpul juga piawai menulis. Beberapa karyanya ditulis dengan memakai aksara Arab Melayu. Untuk menyebutkan sejumlah buah tangannya, yakni 1 Manaqib Wali Allah Taโ€™ala Syekh Muhammad bin Abdul Karim al-Qadiry al-Hasani as-Samman al-Madani; 2 Al-Risalah al-Nuraniyyah fi Syarhi al-Tawassulat al-Sammaniyah; dan 3 Al-Imdad fi Aurad Ahl al-Widad. Selain itu, dia juga mengajarkan buku-buku yang ditulis para pengarang dari beragam fokus keilmuan Islam. Sebut saja Ihya Ulumuddin karya Imam Ghazali, Kitab Sifat 20 karya Utsman bin Abdullah bin al-Alawi, Al-โ€™lmu An-Nabras fi at-Tanbih โ€™Ala Manhaj al-Akyasi karangan Sayyid Abdullah bin Alawi bin Hasan Al-Athas; serta Tanbih al-Mughtarin oleh Abdul Wahab Asy-Sya'rani. Melalui buku yang tersebut belakangan itu, Guru Sekumpul mengajarkan pentingnya meniru akhlak generasi emas yang dekat dengan zaman Rasulullah SAW. Di antaranya adalah keteguhan meyakini Alquran dan Sunnah, baik dalam perkataan maupun perbuatan; berserah diri kepada Allah; serta ikhlas dalam berilmu dan beramal. Hal lain yang dianjurkannya adalah tekad untuk berhijrah kepada kondisi yang lebih baik; meninggalkan perbuatan munafik karena Allah; bersabar atas ujian; bersemangat ibadah; sedikit tertawa dan sering-sering mengingat kematian dzikrul maut; banyak takut kepada Allah; merenungi makna kematian; serta berhati-hati wara terhadap dunia dan syahwat. Di Kalimantan Selatan, Guru Sekumpul masyhur sebagai pengajar tarekat Sammaniyah. Aliran salik ini didirikan Muhammad bin Abdul Karim, sosok dari awal abad ke-18 yang lahir di Madinah. Beberapa sumber menyebutkan, tokoh yang membawa tarekat ini ke Banjar adalah Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari, kendati itu bukan satu-satunya tarekat yang diperkenalkannya kepada masyarakat setempat. Salah satu fokus dalam aliran ini adalah pentingnya berzikir kepada Allah. Di Martapura dan sekitarnya, Guru Sekumpul mengajarkan tarekat Sammaniyah kepada para muridnya, setidaknya mulai semarak sejak 1994. Sanad yang disambungkan dia berasal pula dari Syekh Muhammad Arsyad disarikan Ahmad Zakki Mubarak, Guru Sekumpul memiliki sejumlah pengikut dalam kajian tarekat ini. Di antaranya adalah KH M Syukeri Unus Amuntai, KH Sofyan Noor bin H Ahmad Sya'rani, KH Syamsuri bin H Muhrid, dan KH Munawar Gazali. Sejak 1970-an, pengajian-pengajian yang digelar Guru Sekumpul memang menjabarkan tarekat Sammaniyah. Kegiatan ini dilaksanakan setiap pagi Rabu, Kamis dan Ahad, serta pada malam Rabu, Sabtu dan Minggu. Para pesertanya dapat mencapai jumlah 2000 orang. Mereka kebanyakan terdiri atas laki-laki dan sisanya perempuan pada malam Rabu ketika pengajian khusus kaum hawa dihelat. Masih menurut riset Mubarak, para pengikut tarekat Sammaniyah di pengajian Guru Sekumpul mengaku terinsipirasi. Mereka menyebutkan, ajaran-ajaran sang guru dapat memberikan kesadaran diri serta menambah kecintaan terhadap ilmu-ilmu agama. Pengajian ini juga menjadi wahana untuk mengembangkan ajaran Islam di tengah masyarakat, khususnya Kalimantan Selatan. Materi-materi yang disampaikan berkaitan dengan persoalan kehidupan masyarakat sehari-hari, termasuk di antaranya ihwal akidah, tauhid, fiqih, akhlak, tasawuf, dan tafsir. sumber Pusat Data RepublikaBACA JUGA Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Klik di Sini Wislahcom Referensi Tarekat sebagai sebuah jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah telah berkembang sangat pesat. Tarekat bukan hanya sebagai metode pembersihan hati dengan zikir, wirid, shalawat semata, namun sudah melembaga menjadi lembaga-lembaga formal sufi. Agar terhindar dari ajaran-ajaran yang tidak sesuai dengan al-Quran dan Sunah, kaum sufi mengelompokkan tarekat menjadi Tarekat Qadiriyah, Tarekat Naqsabandiyah, Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah, Tarekat Syadziliyah, Tarekat Syatariyyah, Tarekat Khalwatiyah, Tarekat Tijaniyah, dan Tarekat Samaniyah. Nah siapa tokoh Tarekat Samaniyah? Apa ajaran Tarekat Samaniyah? Simak uraian singkat tentang Tokoh Tarekat Sammaniyah, Ajaran Tarekat Samaniyah dan Amaliah Tarekat Sammaniyah. Tokoh Tarekat Sammaniyah Nama lengkap pendiri Tarekat Sammaniyah adalah yaitu Muhammad ibn Abdu al-Karim al-Madani al-Syafiโ€™ as-Saman. Namun, beliau lebih dikenal sebagai Syekh Muhammad Saman. Beliau termasuk dari keturunan keluarga Bani Quraisy. Gelar as-Samman pedagang mentega diberikan oleh para muridnya. Ketika mereka kehabisan makanan, Syaikh Samman menurunkan sebuah ember ke dalam sumber suara, kemudian ember tersebut muncul dengan dipenuhi mentega. Tarekat ini berkembang luas di daerah-daerah di luar Jawa seperti; Sumatra, Kalimantan, Sulawesi dan Lombok. Di daerah-daerah ini nama Syaikh Muhammad Samman tidak hanya popular dikalangan pengikut Tarekat Sammaniyah tetapi juga di kalangan masyarakat awam. Nama Tarekat Sammaniyah yang merupakan gabungan dari 5 tarekat yang muโ€™tabarah Qadiriyah, Naqsabandiyah, Khalwatiyah, Syadziliyah dan Adiliyah diambil dari nama seorang guru tasawuf yang sangat terkenal yaitu Muhammad ibn Abdul Karin al-Madani al-Syafiโ€™i. Pendiri tarekat ini yang lebih dikenal dengan al-Sammani dilahirkan di Madinah pada tahun 1132 H/1711 M dan meninggal di kota yang sama pada tahun 1189 M/1776 H. Beliau dimakamkan di Baqiโ€™ di dekat dengan kuburan para istri Rasulullah di Madinah. Syaikh al-Sammani tinggal di rumah Khalifah Abu Bakar Siddiq dan menghabiskan waktunya dengan mengajar di Madrasah al-Sanjariyah. Murid-muridnya berasal dari berbagai negeri yang jauh. Al-Sammani belajar tasawuf kepada berbagai guru yang berasal dari berbagai tarekat. Sosok guru yang banyak membimbing beliau adalah Mustafa ibn Kama ad-Din al-Bakri seorang penulis yang produktif dari tarekat Khalwatiyah. Al-Sammani juga diriwayatkan pernah pergi ke Yaman dan Mesir dalam rangka mendirikan cabang tarekat Sammaniyah dan mengajar murid-muridnya mengenai zikir Sammaniyah. penyakit kepada guru, wali dan penasehat. Amaliah Tarekat Sammaniyah Ratib Samman, yaitu dzikir-dzikir jahar keras maupun dzikir khafi qalbi, puji-pujian kepada Allah Swt, mengucapkan Laa ilaaha Illallah yang dibacakan berulang-ulang dengan suara keras dan gerakan Sahur, yaitu wirid yang dibaca pada setiap Nawawi, yaitu kumpulan dzikir dan doanya Imam Nawawi dengan mengingat dan menyebut nama Allah Swt, memohon ampun Bahr, yaitu kumpulan dzikir dan doanya Abu Hasan asy-Syadzili Related postsKunci Jawaban Bahasa Indonesia Tingkat Lanjut Kelas 11 SMA, MA, SMK Halaman 42 Kurikulum MerdekaCara Jualan OnlineSEO Google LengkapBacklink GratisReinforcement Learning from Human Feedback RLHF Apa, Tujuan, Manfaat, Kelebihan dan Kekurangan Kunci Jawaban Bahasa Inggris Kelas 7 SMP, MTS Halaman 45, 46 Kurikulum Merdeka ArticlePDF AvailableAbstract and FiguresThe purpose of this study is to uncover and analyze the concept of the Sammaniyah order and its role in the moral, spiritual and social formation of postmodern society. The research uses literature studies; library study. The results showed that, first, the Sammaniyah Order was founded by Shaykh Muhammad bin Abdul Karim al Samman 1130-1189 H / 1718-1775 in Medina and spread to the archipelago in the 18th century by Muhammad Arsyad al Banjari, Abd al Rahman al Fathani, Abdu al Samad al Palimbani, Haji Ahmad and Muhyiddin bin Syihabuddin, Shaykh Nafis al Banjari. Second, the concept of the Sammaniyah tariqah includes 1 dhikr which is read out loud and with high-pitched, especially when saying lafadz la ilaha illa Allah, 2 tawassul, 3 ratib samman, and 4 multiplying prayers, remembrance, being gentle to the poor, not too loving the world, utilizing the intellect of rabbaniyah and monotheism to Allah in His essence, nature and affinity. Third, the deed and role of the murshid become the specific strategy of this tarekat in carrying out the education process, and the formation of moral, spiritual and social even the political attitudes of the people. Among them are 1 amaliah dhikr samman and ratib samman, 2 tazkiyah an nafs process, 3 charismatic; the character of the murshid, 4 dialogues of the murshid to guide the spirit, morals and attitudes of the people. Figures - uploaded by Nur KholisAuthor contentAll figure content in this area was uploaded by Nur KholisContent may be subject to copyright. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeAuthor contentAll content in this area was uploaded by Nur Kholis on Jun 23, 2020 Content may be subject to copyright. 79 KONSEP TAREKAT SAMMANIYAH DAN PERANANNYA TERHADAP PEMBENTUKAN MORAL, SPIRITUAL DAN SOSIAL MASYARAKAT POST MODERN Muhamad Basyrul Muvid Universitas Dinamika Surabaya, Indonesia Email muvid Nur Kholis Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, Indonesia Email nurkholis Abstract The purpose of this study is to uncover and analyze the concept of the Sammaniyah order and its role in the moral, spiritual and social formation of postmodern society. The research uses literature studies; library study. The results showed that, first, the Sammaniyah Order was founded by Shaykh Muhammad bin Abdul Karim al Samman 1130-1189 H / 1718-1775 in Medina and spread to the archipelago in the 18th century by Muhammad Arsyad al Banjari, Abd al Rahman al Fathani, Abdu al Samad al Palimbani, Haji Ahmad and Muhyiddin bin Syihabuddin, Shaykh Nafis al Banjari. Second, the concept of the Sammaniyah tariqah includes 1 dhikr which is read out loud and with high-pitched, especially when saying lafadz la ilaha illa Allah, 2 tawassul, 3 ratib samman, and 4 multiplying prayers, remembrance, being gentle to the poor, not too loving the world, utilizing the intellect of rabbaniyah and monotheism to Allah in His essence, nature and affinity. Third, the deed and role of the murshid become the specific strategy of this tarekat in carrying out the education process, and the formation of moral, spiritual and social even the political attitudes of the people. Among them are 1 amaliah dhikr samman and ratib samman, 2 tazkiyah an nafs process, 3 charismatic; the character of the murshid, 4 dialogues of the murshid to guide the spirit, morals and attitudes of the people. Dialogia, Vol. 18, No. 1, Juni 2020 80 ุตุฎู„๎…ญุง๎€ƒ๎‡ฆ๎‡Œ๎‡ฏ๎€ƒ๎ˆ‚๎‡ฟ๎€ƒ๎†จ๎‡‡๎‚ฆ๎‚ฐ๎†พ๎‡ณ๎‚ฆ๎€ƒ๎‡ฝ๎‡€๎‡ฟ๎€ƒ๎‡บ๎‡ท๎€ƒ๎‚ต๎‡‚๎‡ค๎‡ณ๎‚ฆ๎€ƒ๎„ฟ๎€ƒ๎‡ฝ๎‚ฐ๎ƒ‚๎‚ฎ๎ƒ‚๎€ƒ๎†จ๎ˆˆ๎‡ป๎†ข๎‡ท๎†ข๎‡ˆ๎‡ณ๎‚ฆ๎€ƒ๎‚ฟ๎†ข๎‡œ๎‡ผ๎‡ณ๎‚ฆ๎€ƒ๎‚ฟ๎ˆ‚๎ˆ€๎‡จ๎‡ท๎€ƒ๎‡ฒ๎ˆˆ๎‡ด๎…ข๎ƒ‚๎€ƒ๎†ฎ๎†ธ๎†ฆ๎‡ณ๎‚ฆ๎€ƒ๎†จ๎‡ฌ๎ˆ‡๎‡‚๎‡—๎€ƒ๎‚ฟ๎†พ๎†ผ๎†ฌ๎‡ˆ๎†ซ๎€ƒ๎€‘๎†จ๎†ฏ๎‚ฆ๎†พ๎…ซ๎‚ฆ๎€ƒ๎†พ๎‡ ๎†ฅ๎€ƒ๎†ข๎‡ท๎€ƒ๎‡ž๎‡ธ๎†ฌ๎„๎€ƒ๎ˆ†๎‡Ÿ๎†ข๎‡ธ๎†ฌ๎†ณ๎ˆ๎‚ฆ๎ƒ‚๎€ƒ๎ˆ†๎†ท๎ƒ‚๎‡‚๎‡ณ๎‚ฆ๎ƒ‚๎€ƒ๎ˆ†๎‡ซ๎ˆ๎†ป๎ˆ‹๎‚ฆ๎€ƒ๎‡บ๎ˆ‡๎ˆ‚๎‡ฐ๎†ฌ๎‡ณ๎‚ฆ๎€ƒ๎†พ๎‡ธ๎…ฐ๎€ƒ๎†บ๎ˆˆ๎‡Œ๎‡ณ๎‚ฆ๎€ƒ๎‡พ๎‡ˆ๎‡‡๎‚ข๎€ƒ๎†จ๎ˆˆ๎‡ป๎†ข๎‡ท๎†ข๎‡ˆ๎‡ณ๎‚ฆ๎€ƒ๎‚ฟ๎†ข๎‡œ๎‡ผ๎‡ณ๎‚ฆ๎€ƒ๎ƒ€๎‚ข๎€ƒ๎†ฒ๎†Ÿ๎†ข๎†ฌ๎‡ผ๎‡ณ๎‚ฆ๎€ƒ๎†ช๎†ธ๎‡“๎ƒ‚๎‚ข๎€ƒ๎€‘๎†จ๎†ฆ๎†ฌ๎‡ฐ๎‡ท๎€ƒ๎†จ๎‡‡๎‚ฆ๎‚ฐ๎‚ฎ๎€ƒ๎€‘๎‚ง๎‚ฎ๎ˆ‹๎‚ฆ๎€ƒ๎‚ฉ๎†ข๎‡‡๎‚ฆ๎‚ฐ๎‚ฎ๎€Œ๎€ƒ๎ƒ€๎†ข๎‡ธ๎‡ˆ๎‡ณ๎‚ฆ๎€ƒ๎…‰๎‡‚๎‡ฐ๎‡ณ๎‚ฆ๎€ƒ๎†พ๎†ฆ๎‡Ÿ๎€ƒ๎‡บ๎†ฅ๎€”๎€”๎€–๎€“๎€๎€”๎€”๎€›๎€œ๎€ƒ๎€ƒ๎€’๎€ƒ๎‚บ๎‡ฟ๎€”๎€š๎€”๎€›๎€๎€”๎€š๎€š๎€˜๎…ญ๎‚ฆ๎€ƒ๎†จ๎‡ผ๎ˆ‡๎†พ๎…ญ๎‚ฆ๎€ƒ๎„ฟ๎€ƒ๎€‹๎€ƒ๎€‘๎‚จ๎‚ฐ๎ˆ‚๎‡ผ๎€ƒ๎‡บ๎…ง๎‡‚๎‡ณ๎‚ฆ๎€ƒ๎†พ๎†ฆ๎‡Ÿ๎ƒ‚๎€ƒ๎ƒ„๎‚ฐ๎†ข๎†ด๎‡ผ๎†ฆ๎‡ณ๎‚ฆ๎€ƒ๎†พ๎ˆˆ๎‡‡๎‚ฐ๎‚ข๎€ƒ๎†พ๎‡ธ๎…ฐ๎€ƒ๎‡ฒ๎†ฆ๎‡ซ๎€ƒ๎‡บ๎‡ท๎€ƒ๎‡‚๎‡Œ๎‡Ÿ๎€ƒ๎‡บ๎‡ท๎†ข๎†ฐ๎‡ณ๎‚ฆ๎€ƒ๎ƒ€๎‡‚๎‡ฌ๎‡ณ๎‚ฆ๎€ƒ๎„ฟ๎€ƒ๎‡ฒ๎ˆˆ๎†ฆ๎†ป๎‚ฐ๎ˆ‹๎‚ฆ๎€ƒ๎…„๎‚ค๎€ƒ๎‡‚๎‡Œ๎†ฌ๎‡ป๎‚ฆ๎ƒ‚๎€ƒ๎‡บ๎ˆ‡๎†พ๎‡ณ๎‚ฆ๎€ƒ๎‚ง๎†ข๎ˆ€๎ˆˆ๎‡‡๎€ƒ๎‡บ๎†ฅ๎€ƒ๎‡บ๎ˆ‡๎†พ๎‡ณ๎‚ฆ๎€ƒ๎ˆ†๎…ฐ๎ƒ‚๎€ƒ๎†พ๎…ง๎‚ข๎€ƒ๎ˆ†๎†ณ๎†ข๎†ท๎€ƒ๎†พ๎ˆˆ๎‡ˆ๎‡ณ๎‚ฆ๎ƒ‚๎€ƒ๎…ˆ๎†ข๎†ฆ๎‡ธ๎ˆˆ๎‡ด๎†ฆ๎‡ณ๎‚ฆ๎€ƒ๎†พ๎‡ธ๎‡๎‡ณ๎‚ฆ๎€ƒ๎†พ๎†ฆ๎‡Ÿ๎ƒ‚๎€ƒ๎…ˆ๎†ข๎†ธ๎†ฌ๎‡จ๎‡ณ๎‚ฆ๎€Œ๎€ƒ๎‡ฒ๎‡ธ๎‡Œ๎ˆ‡๎€ƒ๎†จ๎ˆˆ๎‡ป๎†ข๎‡ท๎†ข๎‡ˆ๎‡ณ๎‚ฆ๎€ƒ๎†จ๎‡ฌ๎ˆ‡๎‡‚๎‡˜๎‡ณ๎‚ฆ๎€ƒ๎‚ฟ๎ˆ‚๎ˆ€๎‡จ๎‡ท๎€ƒ๎€๎ƒ…๎†ข๎ˆˆ๎‡ป๎Šฌ๎€ƒ๎€‘๎ƒ„๎‚ฐ๎†ข๎†ด๎‡ผ๎†ฆ๎‡ณ๎‚ฆ๎€ƒ๎‡†๎ˆˆ๎‡จ๎‡ป๎€ƒ๎†บ๎ˆˆ๎‡Œ๎‡ณ๎‚ฆ๎ƒ‚๎€”๎€ƒ๎‚ข๎‡‚๎‡ฌ๎ˆ‡๎€ƒ๎ƒ„๎‡€๎‡ณ๎‚ฆ๎€ƒ๎‡‚๎‡ฏ๎‡€๎‡ณ๎‚ฆ๎€ƒ๎€‹๎€ƒ๎‚๎€ƒ๎‡‚๎ˆ‡๎‡‚๎‡๎ƒ‚๎€ƒ ๎ƒ‡๎‚พ๎†ข๎‡Ÿ๎€ƒ๎‚ฉ๎ˆ‚๎‡๎†ฅ๎€Œ๎€ƒ๎€‘๎‰ฆ๎€ƒ๎ˆ๎‚ค๎€ƒ๎‡พ๎‡ณ๎‚ค๎€ƒ๎ˆ๎€ƒ๎†พ๎‡ง๎ˆ๎€ƒ๎‚พ๎ˆ‚๎‡ซ๎€ƒ๎†พ๎‡ผ๎‡Ÿ๎€ƒ๎ƒ…๎†ข๎‡๎ˆ‚๎‡๎†ป๎€•๎€Œ๎€ƒ๎‚๎€ƒ๎‡ฒ๎‡๎‚ฆ๎ˆ‚๎†ซ๎€ƒ๎€‹๎€–๎€ƒ๎†ค๎†ซ๎‚ฆ๎‚ฐ๎€ƒ๎€‹๎€Œ๎€ƒ๎‚๎€ƒ๎ƒ€๎†ข๎…ฉ๎€—๎€ƒ๎‡ฒ๎‡ฌ๎‡Ÿ๎€ƒ๎‚ฟ๎‚ฆ๎†พ๎†ผ๎†ฌ๎‡‡๎‚ฆ๎€ƒ๎‚๎€ƒ๎…ƒ๎†ข๎‡ ๎‡ณ๎‚ฆ๎€ƒ๎†ค๎†ท๎€ƒ๎‚ฟ๎†พ๎‡Ÿ๎€ƒ๎‚๎€ƒ๎‚ ๎‚ฆ๎‡‚๎‡ฌ๎‡จ๎‡ณ๎‚ฆ๎€ƒ๎ƒƒ๎‡‚๎‡ฏ๎‚ฏ๎€ƒ๎‚ ๎†ข๎ˆˆ๎†ท๎‚ค๎€ƒ๎‚๎€ƒ๎‚ฉ๎‚ฆ๎ˆ‚๎‡ด๎‡๎‡ณ๎‚ฆ๎€ƒ๎‚ง๎‡‚๎‡“๎€ƒ๎€‹๎€ƒ๎†พ๎‡‹๎‡‚๎…ญ๎‚ฆ๎€ƒ ๎‚ฐ๎ƒ‚๎‚ฎ๎ƒ‚๎€ƒ ๎‚ฐ๎ƒ‚๎‚ฎ๎€ƒ๎†ถ๎†ฆ๎‡๎ˆ‡๎€ƒ ๎‚๎€ƒ๎ƒ…๎†ข๎†ฐ๎‡ณ๎Šฌ๎€ƒ ๎€‘๎‡ฝ๎†จ๎‡จ๎‡ณ๎‚ข๎ƒ‚๎€ƒ ๎‡พ๎†ฌ๎‡ ๎ˆˆ๎†ฆ๎‡—๎ƒ‚๎€ƒ๎‡ฝ๎‡‚๎‡ฟ๎ˆ‚๎†ณ๎€ƒ ๎„ฟ๎€ƒ๎‰ฆ๎€ƒ๎‡ž๎‡ท๎€ƒ๎†พ๎ˆˆ๎†ท๎ˆ‚๎†ฌ๎‡ณ๎‚ฆ๎ƒ‚๎€ƒ๎†จ๎ˆˆ๎‡ป๎Šช๎‡‚๎‡ณ๎‚ฆ๎€ƒ ๎‡€๎ˆˆ๎‡จ๎‡ผ๎†ซ๎€ƒ ๎„ฟ๎€ƒ ๎‚ฉ๎†ข๎‡ซ๎†ข๎‡˜๎‡ณ๎‚ฆ๎€ƒ ๎‡ฝ๎‡€๎…ฎ๎€ƒ ๎‚จ๎‚ฎ๎†พ๎†„๎‚ฆ๎€ƒ ๎†จ๎ˆˆ๎†ด๎ˆˆ๎†ซ๎‚ฆ๎…—๎‡‡๎ˆ๎‚ฆ๎€ƒ๎‡ฆ๎‡ซ๎‚ฆ๎ˆ‚๎…ญ๎‚ฆ๎€ƒ ๎‡ฒ๎ˆˆ๎‡ฐ๎‡Œ๎†ซ๎ƒ‚๎€ƒ ๎‚๎€ƒ ๎†จ๎ˆˆ๎‡ธ๎ˆˆ๎‡ด๎‡ ๎†ฌ๎‡ณ๎‚ฆ๎€ƒ ๎†จ๎ˆˆ๎‡ด๎‡ธ๎‡ ๎‡ณ๎‚ฆ๎€Œ๎€ƒ๎‡ถ๎ˆ€๎‡ผ๎ˆˆ๎†ฅ๎€ƒ๎‡บ๎‡ท๎€ƒ๎€‘๎†ค๎‡ ๎‡Œ๎‡ด๎‡ณ๎€ƒ๎†จ๎ˆˆ๎‡‡๎†ข๎ˆˆ๎‡ˆ๎‡ณ๎‚ฆ๎€ƒ๎‡ฆ๎‡ซ๎‚ฆ๎ˆ‚๎…ญ๎‚ฆ๎€ƒ๎…•๎†ท๎€ƒ๎†จ๎ˆˆ๎‡Ÿ๎†ข๎‡ธ๎†ฌ๎†ณ๎ˆ๎‚ฆ๎ƒ‚๎€ƒ๎†จ๎ˆˆ๎†ท๎ƒ‚๎‡‚๎‡ณ๎‚ฆ๎ƒ‚๎€ƒ๎†จ๎ˆˆ๎‡ซ๎ˆ๎†ป๎ˆ‹๎‚ฆ๎€”๎€ƒ๎†ข๎ˆˆ๎‡ณ๎†ข๎‡ท๎‚ข๎€ƒ๎€‹๎€Œ๎€ƒ๎‚๎€ƒ๎ƒ€๎†ข๎…ฉ๎€ƒ๎†ค๎†ซ๎‚ฆ๎‚ฐ๎ƒ‚๎€ƒ๎ƒ€๎†ข๎…ฉ๎€ƒ๎‡‚๎‡ฏ๎‚ฏ๎€•๎€Œ๎€ƒ๎‚๎€ƒ๎‡†๎‡จ๎‡ป๎€ƒ๎†จ๎ˆˆ๎‡ฏ๎‡„๎†ฌ๎‡ณ๎‚ฆ๎€ƒ๎†จ๎ˆˆ๎‡ด๎‡ธ๎‡Ÿ๎€ƒ๎€‹๎€–๎€Œ๎€ƒ๎‚๎€ƒ๎†พ๎‡‹๎‡‚๎…ญ๎‚ฆ๎€ƒ๎†จ๎‡จ๎‡๎€ƒ๎‚ž๎€ƒ๎†จ๎ˆˆ๎‡ท๎‡„๎ˆ‡๎‚ฐ๎†ข๎‡ฏ๎€ƒ๎€‹๎€—๎€ƒ๎€‹๎‚ฒ๎†ข๎‡ผ๎‡ณ๎‚ฆ๎€ƒ๎‡ฆ๎‡ซ๎‚ฆ๎ˆ‚๎‡ท๎ƒ‚๎€ƒ๎‚ผ๎ˆ๎†ป๎‚ข๎ƒ‚๎€ƒ๎‚ฌ๎ƒ‚๎‚ฐ๎€ƒ๎‡พ๎ˆˆ๎†ณ๎ˆ‚๎†ฌ๎‡ณ๎€ƒ๎†พ๎‡‹๎‡‚๎…ญ๎‚ฆ๎€ƒ๎‚ฉ๎‚ฆ๎‚ฐ๎‚ฆ๎ˆ‚๎†ท. Asbtrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkap dan menganalisis konsep tarekat Sammaniyah dan perannaya terhadap pembentukan moral, spiritual dan sosial masyarakat post modern. Metode penelitiannya menggunakan kajian literature; studi kepustakaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pertama, tarekat Sammaniyah ini didirikan oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Karim al Samman 1130-1189 H/1718-1775 di Madinah. Dan disebarkan ke Nusantara pada abad ke 18 oleh Muhammad Arsyad al Banjari, Abd al Rahman al Fathani, Abdu al Samad al Palimbani, Tuan Haji Ahmad dan Muhyiddin bin Syihabuddin, Syaikh Nafis al Banjari. Kedua, konsep ajaran tarekat Sammaniyah ini di antaranya 1 zikirnya yang dibaca dengan suara keras dan melengking, khususnya ketika mengucapkan lafadz la ilaha illa Allah. 2 tawassul, 3 ratib samman, 4 memperbanyak salat, zikir, bersikap lemah lembut kepada kaum fakir miskin, tidak terlalu mencintai dunia, mendayagunakan akal rabbaniyah dan Muhamad Basyrul Muvid & Nur Kholis, Konsep Tarekat โ€ฆ. 81 tauhid kepada Allah dalam dzat, sifat dan afโ€™al-Nya. Ketiga, amaliah dan peran mursyid menjadi strategi khusus tarekat ini dalam melakukan proses pendidikan, dan pembentukan moral, spiritual dan sosial bahkan sikap politik masyarakat. Di antaranya 1 amaliah zikir samman dan ratib samman, 2 proses tazkiyah an nafs, 3 kharismatik; ketokohan sang mursyid, 4 dakwah dialogis sang mursyid untuk membimbing ruhani, moral dan sikap masyarakat. Keywords Tarekat Sammaniyah, Pembentukan Moral, Spiritual, Sosial, Post Modern PENDAHULUAN Era Globalisasi adalah masa yang ruwetโ€™ dimana terjadi proses transformasi yang cepat dan tanpa batas di seluruh penjuru dunia dalam waktu yang singkat sehingga meruntuhkan semua batas-batas di segala bidang. Selain memberikan keuntungan bagi kehidupan manusia juga menyebabkan praktik-praktik kehidupan negatif,seperti materialisme dan hedonisme. Manusia dalam memenuhi keinginannya cenderung menghalalkan segala cara tanpa peduli samping kanan-kirinya yakni berkenaan dengan hak orang modern khususnya abad ini 21 M yang terus berkembang dewasa ini, yang berasal dari Barat yang didukung dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang, setidaknya sejak masa renaissance dan aufklarung ternyata, di samping memberikan dampak positif juga melahirkan dampak negatif, seperti sekulerisme, hedonisme, meterialisme, individualisme serta keterasingan yang melanda diri umat manusia. Hal ini sebagai akibat dari modernisasi yang disokong oleh ilmu pengetahuanโ€™ yang bermuara pada rasionalisme secara berlebihan mendewakan akal dan berujung pada penyepeleanโ€™ peran-fungsi agama hingga lahir paham Kholis, โ€œIslamic Universities Facing Disruptive Era Implication for Management Change,โ€ in Proceedings of the 19th Annual International Conference on Islamic Studies, AICIS 2019, 1-4 October 2019, Jakarta, Indonesia Jakarta, Indonesia EAI, 2020, doi Baca lengkapnya dalam M. Arif Khoiruddin, โ€œPeran Tasawuf Dalam Kehidupan Masyarakat Modern,โ€ Tribakti Jurnal Pemikiran Keislaman 27, no. 1 2016 113โ€“30, doi Suadi Putro, Muhammad Arkoun Tentang Islam Dan Modernitas Jakarta Paramadina, 1998, 52. Dialogia, Vol. 18, No. 1, Juni 2020 82 Sistem kehidupan manusia yang telah memisahkannya dari naluri ketuhanan. Walau ia tidak menolak Tuhan secara lisan tetapi ia mengingkari Tuhan dalam bentuk perilaku keseharian. Dalam hal ini Hossein Nasr dalam Islam and The Pligh of Modern Men, yang dikutib Amin Syukur, mengatakan bahwa akibat manusia modern mendewakan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadikan mereka berada dalam wilayah pinggiran eksistensinya sendiri, bergerak menjauh dari pusat, sementara pemahaman agama yang berdasarkan wahyu mereka tinggalkan, hidup dalam keadaan sekuler. Masyaralat yang demikian adalah masyarakat Barat yang dikatakan the post-industrial society telah kehilangan visi keIlahian. Masyaralat yang demikian ini telah tumpul penglihatan intelektualnya dalam melihat realitas hidup dan dengan hal di atas, Said Agil Husain Al Munawwar, juga mengatakan bahwa dampak era modernitas saat ini mereduksi seluruh esensi dalam pengertian metafisik dan peran agama, kepada material dan substansial. Dengan demikian, pandangan agama nyaris sirna dalam era modern saat ini. Namun bersamaan dengan hal itu, muncul satu fenomena yang mecuat kepermukaan kehidupan modern yakni bangkitnya dimensi spiritualitas, dimana suatu kenyataan dan fakta bahwa spiritualitas semakin mendapat tempat tersendiri dalam masyarakat modern dewasa ini. Fenomena keagamaan ini sangat menarik untuk dicermati, karena akhir-akhir ini terdapat pula kecenderungan rekonsiliasiโ€™ antara nilai sufistik dengan dunia modern. Para pengamat dan khususnya futurology hampir sepakat mengatakan bahwa krisis besar yang melanda umat manusia tidak akan bisa diatasi dengan keunggulan iptek sendiri dan kebesaran ideologi yang dianut oleh negara-negara terkemuka. Ideologi sosialisme komunisme misalnya telah gagal total. Ideologi besar lainnya seperti kapitalisme liberalisme juga dianggap goyah dan rapuh, tinggal menunggu lonceng kematiannya. Di sinilah agama dilirik sebagai harapan dan benteng terakhir untuk menyelamatkan manasia dari kehancuran yang mengerikan. M. Amin Syukur, Menggugat Tasawuf Yogyakarta Pustaka Pelajar, 1999, 112โ€“13. Said Agil Husain Al Munawwar, al Qurโ€™an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki Jakarta Ciputat Press, 2004, 374. Muhamad Basyrul Muvid & Nur Kholis, Konsep Tarekat โ€ฆ. 83 Manusia akhirnya kembali mencari dan menggali kedalaman makna kehidupan dan hakikat dirinya. Eksistensi kehidupan dunia ternyata tak sekedar mencari dan memenuhi hasrat terhadap materi belaka. Jiwa yang selama ini kurus kering dan berkerontang tak dipenuhi kebutuhannya meminta untuk diisi dan diberi makan juga. Inilah titik balik yang membuat beberapa waktu terakhir munculnya fenomena menarik masyarakat kota. Tumbuhnya pola hidup beragama yang berwajah lain yakni agama tak sedekar ritual aktual tetapi menjadi ritual religi yang menumbuhkan aura kesadaran mendalam atas ibadah dan pendekatan diri terhadap Pencipta. Dengan kata lain, ketika modernisasi Barat meninggalkan agama, mempengaruhi semua lini kehidupan, maka atas kesadaran terhadap kekosongan jiwa, pada saat itulah agama diajak kembali di masa post-modernis saat moral, spiritual dan sosial dalam dunia Islam lebih dekat kepada jalan spiritual kaum sufi yang dikenal dengan tarekat. Dunia tarekat sebagai wadah dalam menanamkan pendidikan ruhani bagi para murid secara khusus dan bagi masyarakat secara umum untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan selalu dekat dengan Allah swt melalui bimbingan dan arahan sang guru mursyid. Karena tarekat sudah dikenal sebagai jamโ€™iyyah ordo dalam dunia tasawuf, sehingga menempatkan seorang murshid sebagai murabbi al-ruh pembimbing ruhani bagi sang murid salik melalui prosesi baiโ€™at terlebih dahulu dan melakukan berbagai amalan-amalan khsusus lainnya dalam rangka untuk mendidik pribadi mereka, membersihkan jiwanya dan menghantarkan mereka kepada kehadirat Allah swt. Syamsun Niโ€™am dalam Ensiklopedia Islam bahwa tarekat adalah perjalanan seorang salik pengikut tarekat menuju Tuhan dengan cara menyucikan diri. Atau dalam kalimat lain diartikan perjalanan yang harus ditempuh oleh seseorang untuk dapat mendekatkan diri sedekat mungkin kepada menurut Gibb bahwa tarekat mengalami pergeseran makna. Nasaruddin Umar dalam Ahmad Rahman, Sastra Ilahi Ilham Sirriyah Tuangku Syaikh Muhammad Ali Hanafiah, Cet. 1 Jakarta Hikmah, 2004. Syamsun Niโ€™am, Wasiat Tarekat Hadratus Syaikh Hasyim Asyโ€™ari Yogyakarta ar Ruzz Media, 2016, 84. Dialogia, Vol. 18, No. 1, Juni 2020 84 Pada masa pasca abad ke-19 dan 20 tarekat merupakan a method of moral psychology for the practical guidance of individual who had a mysticcall. Pengertian di atas merupakan kristalisasi dari makna tarekat beberapa abad sebelumnya, yakni abad 11. Pada masa ini tarekat dipahami sebagai the whole system of rits spiritual training laid down for communal life in the various muslim religius orfers which began to be founded at this sammaniyah merupakan salah satu jenis tarekat muโ€™tabar yang berkembang di Indonesia yang menjadi topik pembahasan dalam penelitian ini. Tarekat ini mulai menyebar ke Indonesia pada penghujung abad ke-18. Penamaan Sammaniyah mengacu kepada pendirinya yakni Syaikh Muhammad Ibnu Abdul Karim al Samman, merupakan berpaduan dari metode-metode dan bacaan-bacaan tarekat Khalwatiyah, Qadiriyah, Naqsyabandiyah dan Syadziliyah. Tarekat Samman agaknya tarekat pertama yang memperoleh pengikut dalam jumlah begitu besar di Nusantara. Mengingat, tarekat ini sangat merakyat di kalangan masyarakat di daerah Sumatera Selatan dan Kalimantan Selatan dan telah berperan; berkontribusi dalam perlawanan terhadap penjajah Belanda di sana pada saat sammaniyah memiliki ciri khas dengan ajaran zikirnya yang kompleks dan ratib sammannya. Melalui ajaran-ajarannya ini tarekat Sammaniyah melakukan proses pendidikan ruhani yang bertujuan untuk pembentukan moral, spiritual dan sosial. Moral menjadi hiasan diri, spiritual sebagai kedekatan dengan sang pencipat dan sosial sebagai kedekatan dengan makhluk. Sehingga ketiga aspek tersebut harus dipadukan. Oleh karena itu, tulisan ini berusaha menggali dan menganalisis konsep tarekat Sammaniyah dan peranannya dalam proses pembentukan moral, spiritual dan sosial bagi masyarakat post modern. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan studi pustaka atau library research, yaitu studi penelaahan dan kajian terhadap berbagai buku, literatur-literatur, catatan-catatan dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah topik yang Gibb, Shorter Encyclopedia of Islam Leiden E. J. Brill, 1974, 573. Martin van Bruinessen, โ€œTarekat dan Politik Amalan Untuk Dunia atau Akherat,โ€ Jurnal Pesantren 9, no. 1 1992 3โ€“4. Muhamad Basyrul Muvid & Nur Kholis, Konsep Tarekat โ€ฆ. 85 datanya diperoleh dari dokumentasi, referensi dan artikel-artikel yang terkait. Teknik pengumpulan data diperoleh dari dokumentasi yaitu pengumpulan data yang bersumber dari dokumen-dokumen atau catatan-catatan baik berupa buku, jurnal, artikel, gambar atau elektronika yang tersedia guna memperoleh berbagai informasi-informasi yang berkaitan dengan objek penelitian. Teknik analisisnya menggunakan deskriptif kualitatif. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sejarah Singkat Tarekat Sammaniyah di Nusantara Setelah kurang lebih satu abad dari kepopulerannya Ahmad al Qusyasyi dan Ibrahim al Kurani, muncullah Syaikh Muhammad bin Abdul Karim al Samman 1130-1189 H/1718-1775 di Madinah yang banyak dikunjugi orang orang Jawi. Awalnya ia menggabungkan tarekat Khalwatiyah, Qadiriyah, Naqsyabandiyah dengan tarekat Syadziliyah dalam hal ini ia mendapatkan masing masing ijazah dari tarekat tersebut, mengembangkan cara berzikir baru yang ekstatik dan menyusun sebuah ratib, bacaan yang mendukung doa-doa dan ayat-ayat al Qurโ€™an. Perpaduan ini kemudian dikenal dengan nama tarekat Samman dengan berbekal belajar tarekat dan mendirikan tarekat Sammaniyah kemudian ia menyusun ratib-nya sendiri, wirid-wirid, tawassul dan berbagai suluk yang dipesankan kepada murid-muridnya dalam jamaโ€™ah tarekat zikir Samman. Ia sebagai mursyid mempunyai legalitas dalam menyusun amalan tersebut yang pada akhirnya tarekatnya meluas sampai ke Sudan, Etopia, dan Asia Tenggara. Ia juga sering ke Yaman dan Mesir untuk mendirikan cabang-cabang Sammaniyah dan mengajari murid-muridnya zikir kesekian banyak muridnya yang paling menonjol adalah Syaikh Shiddiq bin Umar Khan al Madani, Syaikh Abdul Rahman bin Abd al Aziz al Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis Jakarta Rineka Cipta, 2002, 34. Nazir Nazir, Metode Penelitian Bogor Ghalia Indonesia, 2005, 111. Martin van Bruinessen, Kitab Kuning, Pesantren, Dan Tarekat Tradisi-Tradisi Islam Di Indonesia Bandung Mizan, 1995, 234โ€“35. Ahmad Purwadaksi, Ratib Samman dan Hikayat Syaikh Muhammad Samman Disertasi Fakultas Sastra Universitas Indonesia Jakarta, 1992, 370. Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tenggah Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII; Akar Pembaharuan Islam di Indonesia Jakarta Prenada, 2004, 160. Dialogia, Vol. 18, No. 1, Juni 2020 86 Maghribi, Syaikh Abdul Karim putra as Samman, Mawla Sayyid Ahmad al Bahgdadi, Shur al Din al Qabuli dari Kabul Afganistan, dan Abd Wahab Afifi al Mishri. Sementara muridnya yang dari Indonesia, adalah Muhammad Arsyad al Banjari, Abd al Rahman al Fathani, Abdu al Samad al Palimbani, Tuan Haji Ahmad dan Muhyiddin bin Nusantara Syaikh Samman yang cukup populer dan berpengaruh adalah Abdul al Samad al Palimbangi, yang memiliki pengaruh di kalangan komunitas Jawi yang berada di tanah Arab dan juga sebagai pengarang sejumlah kitab penting dalam bahasa Melayu. Kemudian tokoh Nusantara lain dari tarekat ini adalah Syaikh Arsyad al Banjari al Kalimantani. Ia berguru kepada Muhammad Abdul Karim as Samman al Madani. Ia juga ahli bidang fiqih, sehingga Syaikh Arsyad digelari fuqahaโ€™ wa sufi. Dalam pandangan Azyumardi Azra memang pada saat al Banjari berada di Haramain ia pernah berguru kepada pendiri tarekat Sammaniyah ini yakni Syaikh Abdul Karim Samman yang mengajar di Madinah kala itu. Dari guru tasawuf dan tarekat inilah al Banjari mendapat ijazah khalifah, yang membuatnya berhak mengajarkan ilmu tasawuf dan tarekat yang didapatnya dari tarekat Sammaniyah yang berasal dari Nusantara hanya ada empat orang, di antaranya Abdul Samad al van Bruinessen, Kitab Kuning, Pesantren, Dan Tarekat Tradisi-Tradisi Islam Di Indonesia, 58. Zulkarnain Yani, โ€œTarekat sammaniyah di palembang,โ€ Tamaddun Jurnal Kebudayaan dan Sastra Islam 14, no. 1 2014 19โ€“38 Hubungan baik antara tarekat Sammaniyah dengan Kesultanan Palembang dapat dilihat dari dua faktor. Pertama, dijumpai dalam Hikayat Syaikh Muhammad as Samman yang menyebutkan bahwa sebuah zawiyah tarekat Sammaniyah yang didirikan di Jeddah Makkah oleh Sultan Mahmud Bahaโ€™uddin sebagai wakafnya pada tahun 1776 dengan menggunakan pemberian mulai 500 real. Kedua, hubungan antara Kesultanan dan Sammaniyah dijumpai dengan bentuk naskah yang berasal dari Kesultanan Palembang. Baca lengkapnya dalam Jeroen Peeters, Kaum Tuo-Kaum Mudo Perubahan Religius di Pelembang 1821-1942 Jakarta INIS, 1997, 23-24. Baca lengkapnya dalam Abu Mualana Syaikh Muhammad Arsyad al Banjari Daudi, Tuan Haji Besar Martapura Sekretaris Madrasah Sulum al Ulum_Dalam Pagar, 1980, 25โ€“26. Azra, Jaringan Ulama Timur Tenggah Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII; Akar Pembaharuan Islam di Indonesia, 252โ€“53 Lihat juga Karel A. Steenbrink, Beberapa Aspek tentang Islam di Indonesia Abad ke 19 Jakarta Bulan Bintang, 1984, 91-96. Bandingkan juga dalam Zafri Zamzam, Syaikh Muhammad Arsyad al Banjari Sebagai Ulamaโ€™ Juru Dakwah Banjarmasin Karya, 1974, 10. Ibid., 253. Muhamad Basyrul Muvid & Nur Kholis, Konsep Tarekat โ€ฆ. 87 Palimbani, Muhammad Arsyad al Banjari, Abd Wahab Bugis dan Abd Rahman Mishri dari Betawi atau tarekat Sammaniyah selanjutnya di Kalimantan adalah Muhammad Nafis al Banjari yang dilahirkan di Martapura pada 1735 M. Ia hidup dalam kurun waktu yang lebih belakangan disbanding dengan Arsyad al Banjari. Setelah ia dewasa ia pergi ke Makkah untuk menuntut tarekat ini masuk ke wilayah Sulawesi Selatan melalui Abdullah Munir pada abad 19 M yang lebih populer disebut tarekat Khalwatiyah Sammaniyah. Ia seorang bangsawan Bugis dari demikian dapat disimpulkan bahwa tarekat Sammaniyah memiliki hubungan dekat dengan tarekat Khalwatiyah, baik dari segi ajaran, praktik zikir, silsilah dan mana ulamaโ€™ Nusantara yang mengembangkan tarekat ini adalah Abu Samad al Palimbani, Muhammad Arsyad al Banjari dan Muhammad Nafis al Banjari serta Abdullah al Munir Bone Sulawesi Selatan. Konsep Ajaran Tarekat Sammaniyah 1. Zikir Sammaniyah Zikir dalam tarekat Sammaniyah sebagaimana yang disebutkan oleh pendirinya Muhammad bin Abdul Karim al Samman al Madani dalam kitabnya al Nafahat al Ilahiyat yang dikutip oleh muridnya Syaikh Abdu al Samad al Palimbani yang mengajarkan tujuh macam zikir sesuai dengan tujuh tingkatan jiwa yang dapat dicapai oleh manusia, yaitu sebagai berikutPertama, Nafs al Ammarah Daudi, Tuan Haji Besar, 30. Miftahul Arifin, Sufi Nusantara; Biografi, Karya Intelektual dan Pemikiran Tasawuf Yogyakarta ar Ruzz Media, 2014, 149. Sri Mulyati, et al, Mengenal dan Memahami Tarekat-tarekat Muktabarah di Indonesia Jakarta Prenada Media, 2005, 195. Terkait tentang ajarannya yang lain khususnya tentang Tawassul, Nur Muhammad, Wahdatul Wujud, Insan Kamil dan Syathahat-syathahatnya bisa dilihat lengkapnya dalam ibid., 207-212. Bisa juga Anonim, Manaqib Syaikh al Waliy., 8-9. Lihat juga Ahmad Purwaksi, โ€œRatib Samman dan Hikayat Syaikh Muhammad Samman,โ€ Ulumul Qurโ€™an, Vol. VI, Th. 1996., 73-78. Juga Muhyiddin bin Syihabuddin al Falimbani, Hikayat Syaikh Muhammad Samman Jakarta Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah, 1980, 20. Bandingkan juga dalam Ahmad Purwadiksi, โ€œRatib Samman dan Hikayat Syaikh Muhammad Samman Suntingan Naskah dan Kajian Isi Teks,โ€ Disertasi., 410-411. Abdus Samad Al Palimbani, Sair al Salikin ila Ibadat ar Rabbi al Alamin Kairo 1953, 12-13. Lihat juga M. Chatib Quzwain, Mengenal Allah Suatu Studi Mengenal Ajaran Tasawuf Syaikh Abdus Samad al Palimbani Jakarta Bulan Bintang, 1985, 121. Dialogia, Vol. 18, No. 1, Juni 2020 88 bentuk zikirnya La ilaha illa Allah. Kedua, Nafs al Lawwamah bentuk zikirnya Allah, Allah, Allah. Ketiga, al Mulhamah bentuk zikirnya Hu, Hu, Hu. Keempat, al Muthmainnah bentuknya zikirnya Haq, Haq, Haq. Kelima, al Radliyah bentuk zikirnya Hay, Hay, Hay. Keenam, al Mardliyah bentuk zikirnya Qayyum, Qayyum, Qayyum. Ketujuh, al Kamilah bentuk zikirnya Qahhar, Qahhar, lain menyebutkan bahwa praktik zikir tarekat Sammaniyah ini persis seperti praktik zikir tarekat Khalwatiyah yakni 1 Nafi wa al Itsbat la ilaha illa Allah sebanyak 10-100-300 kali sehari, 2 Ismu Dzat al Jalalah Allah..Allah sebanyak 40-101-300 kali sehari, 3 Ism al Isyarah Huwa..Huwa sebanyak 100-700, tapi umumnya 300 kali sehari, 4 zikir khusus ah..ah yang sudah mencapai maโ€™rifatullah, dibaca sebanyak 100-700 kali sehari. Zikir Samman dibaca dengan suara keras dan melengking menjadi ciri khas tarekat Sammaniyah, khususnya ketika mengucapkan lafadz la ilaha illa Allah zikir tahlil. Kemudian, tarekat ini terkenal dengan doa- Bentuk zikir semacam ini menjelaskan bahwa Tarekat Sammaniyah secara tidak langsung terpengaruh dengan corak zikir tarekat Syattariyah. Mengingat, Syaikh Samman pernah berguru kepada Muhammad Hayyat al Sindi w. 1749 M, ia murid dari Abd al Hadi al Sindi w. 1726 M yang merupakan murid dan khalifah Ibrahim al Kurani w. 1690 M. Lihat Azra, Jaringan Ulama Timur Tenggah Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII; Akar Pembaharuan Islam di Indonesia, 177. Kita mengetahui bahwa al Kurani merupakan tokoh tarekat Syattariyah, juga Naqsyabandiyah. Namun, kebanyakan murid-muridnya lebih suka mempelajari tarekat Syattariyah. Baca Martin Van, Kitab Kuning., 233. Lihat juga Anthony H. Johns, โ€œFriends in Guice Ibrahim al Kurani and Abdurraโ€™uf al Singkeli,โ€ dalam S. Udin ed, Specktrum Essays Presented to Sultan Takdir Alisjahbanafi Jakarta Dian Rakyat, 1978, 469-485. Sehingga dapat kita pastikan, guru Syaikh Samman yakni Muhammad Hayyat al Sindi, di samping tokoh Naqsyabandiyah, juga merupakan tokoh Syattariyah, yang ikut memberikan pengaruh terhadap maratib az dzikr Sammaniyah. Masalah maratib zikir Syattariyah yang sama persis dengan maratib az zikr Sammaniyah bisa dibaca dalam Trimingham, The Sufi Orders in Islam London Oxford University Press. 1971, 190 dan 206. Lihat Mansur Yulita, โ€œTarekat Khalwatiyah Syaikh Yusuf dan Tarekat Khalwatiyah Samman di Desa Kassi, Maros, Ujung Pandangโ€ Skripsi, Fakultas Sastra Universitas Indonesia Jakarta, 1995, 44-45. Di situ dijelaskan juga di halaman berikutnya 46-47 bahwa sebelum zikir harus memperhatikan lima adab taubat, wuhdu, diam, memohon kepada Allah Swt. dan mengetahui hakikat meminta kepada mursyid sama dengan meminta kepada Nabi saw. Saat zikir harus duduk di tempat yang bersih, meletakkan tangan di atas paha, hati, tubuh dan pakaian harus bersih, pakaian harus rabi, baik dan wangi, tempat yang sepi dan tertutup, menutup mata dan khusyukโ€™, membayangkan duduk bersama mursyid, dan lain sebagainya. Muhamad Basyrul Muvid & Nur Kholis, Konsep Tarekat โ€ฆ. 89 wiridnya yakni ratib samman yang hanya mempergunakan kata huโ€™ yang berarti Dia Allah.2. Tawassul Dalam manaqib Syaikh Samman susunan KH Muhammad Zaini Abdul Ghani, pada akhir catatan kitab al Tawassulat al Sammaniyah al Musammat Jaliah al Kurab wa Munilah al Arab, munculnya ajaran tawassul kepada Syaikh Samman dilatarbelakangi oleh keyakinan bahwa al Samman adalah wali Allah. Dalam Hikayat Syaikh Muhammad Samman, ia disebut Khatam al Wilayah al Khashshah al Muhammadiyah dan martabatanya disamakan; disejajarkan dengan Syaikh Abdul Qodir al dari tawassul adalah meminta keselamatan atau ingin hajatnya dikabulkan melalui perantara Syaikh Samman, berkat kewaliannya itulah jamaah tarekat Sammaniyah percaya; menyakini bahwa dengan meminta perantara Syaikh Samman, Allah akan memudahkan dan mengabulkannya. 3. Ritual Ratib Samman Ratib samman memiliki prosedur dan tatanan khusus yang terdiri atas empat bagian pertama, membaca salawat dan salam kepada Nabi Muhammad saw, keluarga dan sahabat serta para tokoh pendiri tarekat. Kedua, membaca zikir laa ilaaha illaa Allah dengan enam variasi yang berbeda dalam dua nada suara dan tempo. Dari enam variasi itu, tiga pertama dibacakan pada posisi duduk, yang dikenal dengan โ€œratib dudukโ€. Sisanya, dibaca sambil berdiri, yang dikenal dengan โ€œratib berdiriโ€, dengan ketukan kaki dan goyangan badan ke sana ke mari. Ketiga, membaca zikir ketujuh, yakni membaca Ahumโ€ฆAhumโ€ฆAhum..! disertai dengan menari dalam lingkaran, dan diakhiri dengan membaca Ahi..Ahhi..Ahi..Ahhi..!. Keempat, adalah membaca zikir terakhir yang berbunyi Am..! Ah..! Am..โ€™Am...! Ah..!...โ€™Am..!. Setiap empat Ibid., 149. Terkait zikir model huโ€™ yang dipraktikkan oleh tarekat Sammaniyah ini adalah zikir tingkat tinggi aโ€™la maratib az dzikri di antara tingkatan-tingkatan zikir dari segi pelafalan zikir yang ada perspektif Ibnu Athaillah Pengikut Tarekat Syadziliyah. Artinya bahwa zikir semacam itu adalah legal dan dibenarkan dalam dunia tasawuf-tarekat. Baca lengkapnya dalam at Taftazani, Ibnu Athaillah wa Tashawwafahu Kairo Maktabah al Anjalu al Mishriyyah, 1969, 193-194. Fauzan Saleh, Tarekat Sammaniyah di Bumi Serambi Mekkah Banjarmasin Condes Kalimantan, 2010, 8โ€“10. Dialogia, Vol. 18, No. 1, Juni 2020 90 bagian ratib terdiri dari satu kumpulan jenis zikir berbeda dan dinyanyikan dalam nada suara dan tempo yang berbeda pula dengan didihiasi bacaan qashidah dan nasyid yang dinyanyikan oleh pemimpin mursyid dan diikuti para jamaah pengikut Sammaniyah memang dikenal dengan ritual pembcaan ratib Sammannya. Pembacaan ini sangat populer dan dipraktikkan dewasa ini di Nusantara, antara lain di Bekasi, Jakarta Pondok Pinang, Depok, Bogor, Palembang, Kalimantan Selatan dan tempat lainnya. Tradisi pembacaanm ratib Samman selain dilakukan dalam ritual keagamaan, juga dilakukan dalam tradisi lain seperti pemenuhan hajat atau mungkin ketika ada bencana; musibah. Di kalangan pengikut tarekat Sammaniyah sendiri, pembacaan ratib Samman mendapat tempat khusus. Sebagaimana penjelasan Hossein Nashr,mereka biasa melakukan ritual membaca ratib Samman memakan enam hingga tujuh jam. Meski ritual ini harus diamalkan oleh sang murid tarekat yang telah mendapat baiโ€™at dari sang mursyid, tetapi orang yang ikut dalam pembacaan ini bisa saja berasal dari luar anggota tarekat. Mereka membuat lingkaran yang mengelilingi pemimpin dan para pengikutnya, menyanyikan zikir serta mempertunjukkan berbagai sikap tubuh dan gerakan dengan cara seperti yang ditunjukkan; dipraktikkan pemimpin mursyid. Kemudian, ajaran-ajaran tarekat Sammaniyah yang lainnya adalah perintah untuk senantiasa memperbanyak salat dan zikir, berlemah lembut kepada fakir miskin, jangan mencintai duniawi secara berlebihan, mengganti akal basyariyah dengan akal rabbaniyah, tauhid kepada Allah dalam zat, sifat dan afโ€™al-Nya. Berikut bagan tentang konsep ajaran tarekat Sammaniyah Mulyati, et al, Mengenal dan Memahami Tarekat-tarekat Muktabarah di Indonesia, 204. Yani, โ€œTarekat sammaniyah di palembang,โ€ 8. Seyyed Hossein Nashr, Ensiklopedia Tematis, Spiritualitas Islam; Manifestasi Bandung Mizan, 2003, 365. Purwadaksi, Ratib Samman dan Hikayat Syaikh Muhammad Samman, 335-336. Lihat juga Tim IAIN Sumater Utara, Pengantar Ilmu Tasawuf Medan IAIN Sumatera Utara, 1982, 287. Muhamad Basyrul Muvid & Nur Kholis, Konsep Tarekat โ€ฆ. 91 Gambar 1 Peran Tarekat Sammaniyah Terhadap Pembentukan Moral, Spiritual dan Sosial Masyrakat Post Modern Peran Tarekat Sammaniyah Dalam Pembentukan Moral, Spiritual dan Sosial Masyarakat Post Modern Tarekat Sammaniyah berperan dalam proses pembentukan moral, spiritual dan sosial masyarakat post modern melalui ajaran; ritual keagamaan dan kepemimpinan mursyidnya. Pertama, ratib samman. Melalui ajaran dan amaliah ratib samman zikir samman ini tarekat sammaniyah berhasil mempengaruhi sosial budaya dan kearifan lokal, sebagaimana penelitian Helmina, ia menjelaskan bahwa tradisi ratib samman selalu dijaga dan dilestarikan oleh para tokoh agama khususnya di Tanjung Pauh Kabupaten Kerinci untuk menjadi โ€œmagnetโ€ masyarakat agar selalu dalam ketaatan dan kesalehan. Fakta membuktikan bahwa zikir samman mampu menjadi penarik minat masyarakat setempat untuk tetap berada dalam koridor aturan-aturan syariah agama. Zikir yang dialunkan dengan keistiqamahan di bawah bimbingan sang guru akan menjadikan diri tenang, sejuk, dan hati bersih. Ketenangan dan kesejukan ini akan mengarah kepada kehidupan yang harmonis, sedangkan hati yang bersih akan mengarah kepada pembentukan kepribadian sehingga cenderung untuk berperilaku baik. Kebersihan hati dengan dukungan perilaku saleh inilah yang akan menggantarkannya kepada maโ€™rifah kepada Allah wahdatusy syuhud.Manusia yang hatinya sudah bersih senantiasa mentautkan jiwanya kepada Allah dan akan berperilaku sebagaimana sifat-sifat-Nya. Outcome dari Hemina, โ€œEksistensi Ratib Samman Sebagai Kearifan Lokal Dalam Mempengaruhi Sosial Budaya Keberagaman Masyarakat Tanjang Pauh Pada Era Modern,โ€ Jurnal Islamika 6, no. 1 2016 5โ€“10. Nuraida, โ€œKonsep Tasawuf Syaikh Muhammad Arsyad al Banjari,โ€ Wardah 14, no. 30 2015 148โ€“151. Ajaran Tarekat Sammaniyah Memperbanyak salat, berlemah lembut, tidak terlalu mecintai dunia, mendayagunakan akal rabbaniyah, dan mentauhidkan Allah Swt. Dialogia, Vol. 18, No. 1, Juni 2020 92 ajaran tarekat dalam dunia tasawuf yang sesungguhnya adalah menyinergikan antara aspek spiritual, moral dan sosial,memperkuat dalam hati rasa cinta, toleran, kasih sayang, dan menjauhkan dari krisis spiritual. Kesalehan sosial menjadikan manusia tidak hanya sibuk menjalin kedekatan dengan Allah, tapi juga menjalin keharmonisan dengan sesama makhluk, aktif mengarungi kehidupan dunia untuk menuju kehidupan wajah dari ajaran para kaum sufi yang mengajarkan keindahan akhlak, budi pekerti dan tazkiyah an-nasf yang merupakan inti kegiatan tarekat Sammaniyah, karena kalangan sufi adalah orang yang senantiasa menyucikan hati dan jiwanya, sebagai perwujudan rasa butuh terhadap diri bisa dilaksanakan dengan mengamalkan zikir secara kontinu, meninggalkan perkara-perkara yang negatif, menjauhkan diri dari sesuatu yang tidak disukai-dilarang oleh Allah serta senantiasa bertaubat kepada-Nya. Hal tersebut sebagai usaha untuk mensucikan tazkiyah al nafs dapat dijadikan sebagai langkah psikoterapi sufistik yang nantinya menjadi salah satu paradigma yang dapat diterapkan untuk mengubah sikap, perilaku, dan pola pikir masyarakat sehingga merka akan memiliki soft skills yang berkualitas Ali Imron, โ€œMuhammad Arkoun Sang Pemikir Islam Modernis Dan Tokoh-Tokoh Yang Mempengaruhinya,โ€ Jurnal IAIT Kediri 28, no. 2 2017 317โ€“332, doi Muhammad Anas Maโ€™arif, โ€œKonsep Pemikiran Pendidikan Toleransi Fethullah Gulen,โ€ Jurnal Pemikiran Keislaman 30, no. 2 July 6, 2019 295โ€“307, doi Khoiruddin, โ€œPeran Tasawuf Dalam Kehidupan Masyarakat Modern.โ€ M. A. Achlami Hs, โ€œTasawuf Sosial Dan Solusi Krisis Moral, Ijtimaiyya,โ€ Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam 8, no. 1 2015 90โ€“102, doi Baca juga A. Munji, โ€œProfesi sebagai Tarekatโ€, Theologia, Vol. 26, No. 2 2015, 184โ€“197. Syofrianisda, & Abduh, โ€œCorak dan Pengaruh Tasawuf Al-Ghazali Dalam Islamโ€, Jurnal Ushuluddin, Vol. 25, No. 12017, 69โ€“82. Ovie. S. S. Ummah, โ€œTarekat, Kesalehan Ritual, Spiritual Dan Sosial Praktik Pengamalan Tarekat Syadziliyah Di Bantenโ€, Al Aโ€™raf Jurnal Pemikiran Islam dan Filsafat, Vol. 15, No. 2 2018, 315โ€“334. Restu Andrian, โ€œModernisasi Tasawuf Dalam Pengembangan Pendidikan Karakter,โ€ Jurnal Mudarrisuna 9, no. 1 2019 36โ€“50, doi Al-Ghazali, Raudhah ath-Thalibin wa Umdat as-Salikin Beirut Darul Qalam, 26. Muhamad Basyrul Muvid, Strategi dan Metode Kaum Sufi Dalam Mendidik Jiwa Kuningan Goresan Pena, 2019, 1โ€“15 & 30. Lihat juga M. Amin Syukur dan Masyharuddin, Intelektualisme Tasawuf Yogyakarta Pustaka Pelajar, 2002, 45. Samsul Munir Amin, Ilmu Tasawuf Jakarta Amzah, 2012, 209-210. A. Rivay Siregar, Tasawuf dari Sufisme Klasik ke Neo Sufisme Jakarta Rajawali Pers, 1999, 97. Mohammad Saifullah Aziz Senali, Risalah Memahami Ilmu Tasawuf Surabaya Terbit Terang, 1998, 87. Abi Hamid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad al-Ghazali, al-Arbain fiiy Ushul ad-Din Beirut Daar al-Kutub al-Ilmiyah, 1988, 63. Muhamad Basyrul Muvid & Nur Kholis, Konsep Tarekat โ€ฆ. 93 dengan hiasan karakter yang memiliki integritas dalam menjalani segala aspek kehidupan baik secara pribadi, sosial, pendidikan, karir maupun antara hati dan pikiran akan membentuk sebuah perilaku dalam interaksi memiliki perilaku sosial positif hati dan pikiran harus bersih terlebih dahulu. Untuk itu, proses penyucian jiwa dalam hal ini sangat diperlukan. Di samping, melakukan proses muhasabah intropeksi diri.Ketiga, Kharismatik sang mursyid. Posisi mursyid; tokoh tarekat sammaniyah menjadi penting untuk menjadi perhatian anggotanya dan masyarakat umum. Ketokohannya mampu menjadi magnet, sehingga membuat jamaah tarekat dan masyarakat โ€œterbiusโ€ untuk mentaati titahnya. Hal ini menjadi salah satu โ€œsenjataโ€ untuk menggiring masyarakat kepada jalan yang benar sesuai arahan agama dan senantiasa mengedepankan aspek moralitas dalam menjalin hubungan dengan sesama. Di samping senantiasa memupuk aspek spiritualnya untuk selalu bersambung dengan zat Allah Swt. Para mursyid memang senantiasa memberikan asupan berupa nilai-nilai spiritual kepada jiwa jamaahnya, berangkat dari nilai-nilai spiritual yang diajarkan ini ternyata mampu menggerakkan masyarakat untuk ikut berjuang mengusir penjajah. Ini berarti tarekat Sammaniyah khususnya, telah berperan sebagai agent of political movement. Peran sosial politik tarekat sammaniyah ini terlihat pada paradigma para tokoh tarekat ini yang nasionalis yang ikut mempertahankan kedaualatan wilayahnya dari serangan; gangguan kolonial Belanda. Hal ini sesuai penelitian Ravico dan Jannah,yang menganalisa dan Alfaiz, โ€œSufism Approached in School Counseling Service An Analysis of Perspective Spiritual Counseling,โ€ Schoulid Indonesian Journal of School Counseling 2, no. 1 2017 1โ€“7, doi M. Hamdani Bakran Adz-Dzaky, Konseling psikoterapi Islam Penerapan metode sufistik Yogyakarta Fajar Pustaka Baru, 2002. Abdul Qadir Isa, Hakikat Tasawuf, trans. Khairul Amru and Afrizal Lubis Jakarta Qisthi Press, 2005, 199; Amin Syukur, Tasawuf kontekstual Solusi problem manusia modern Yogyakarta Pustaka Pelajar, 2014, 254; Ayatullah Murtadha Muthahhari, Dasar-dasar Epistemologi Pendidikan Islam Jakarta Sadra Press, 2011, 260. Abdurrahman Dudung, Metode Penelitian Sejarah Islam Yogyakarta Ombak, 2012, 153. Idrus Al Kaf, โ€œTarekat dan Pemberdayaan Ekonomi Umat Studi tentang Pemberdayaan Ekonomi Umat Tarekat Idrisiyah Pegeningan Tasikmalayaโ€ Disertasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008, 1โ€“2. Ravico, โ€œHubungan Sosial Politik Tarekat Sammaniyah Dengan Kesultanan Palembang Darussalam,โ€ Jurnal Islamika 18, no. 02 2018 23โ€“36; Raudatun Jannah, โ€œPeran Tarekat Dialogia, Vol. 18, No. 1, Juni 2020 94 menyimpulkan bahwa tarekat sammaniyah ikut serta melawan penjajah Belanda. Ini menjadi bukti bahwa tarekat sammaniyah mempunyai konsep terbuka dan dinamis dalam merespon masalah-masalah sosial kemasyarakat termasuk masalah politik. Bukan menjadi tarekat yang anti terhadap kepentingan; urusan sosial politik. Sekali lagi, ini menjadi landasan untuk menolak tuduhan bahwa tarekat itu inklusif dan intoleran. Keempat, dakwah, jalan ini dipilih oleh para tokoh tarekat Sammaniyah di samping ketokohan dan kharismatiknya. Jalan dakwah yang dialogis menjadikan strategi ini mudah diterima masyarakat sehingga mereka mudah diarahkan untuk beribadah dan menjunjung tinggi nilai-nilai yang dialogis ini akan mengarah kepada pola komunikasi yang efektif dan efisien, sehingga pesan-pesan spiritual, moral dan sosial dari musryid dapat masuk dengan mudah. Kemudian, membimbing masyarakat untuk memahami Islam secara komprehensif dengan memadukan aspek fiqih dan tasawuf, dan juga menumbuhkan sikap toleran terhadap sesama, keterbukaan dan saling menghargai di tengah ini dikuatkan dengan penelitian Mirhan, tentang peran sosial keagamaan KH Muhammad Zaini Abdul Ghani Guru Sekumpul, dimana ia salah satu mursyid tarekat Sammaniyah. Abah Guru Sekumpul juga menggunakan strategi dakwah untuk mendapat perhatian masyarakat dan usaha membimbing-mengarahkan mereka menjadi lebih baik. dakwah yang dilakukan Abah Sekumpul adalah bil lisan ucapan dan bil hal tindakan. Dakwahnya dengan mendirikan majelis; pengajian keagamaan yang berbau spiritual. Ini mengindikasikan bahwa jalan dakwah sebagai strategi yang efektif digunakan untuk menyebarkan ajaran-ajaran tarekat Sammniyah, membimbing dan mencerahkan kehidupan masyarakat. Sammaniyah Dalam Perang Menteng Melawan Kolonial Belanda di Palembang,โ€ Medinate 13, no. 2 June 2017 119. Saifuddin, Pemikiran Tasawuf Syaikh Arifin Sufi Tauhid Abad XXI Jakarta Hijri Pustaka Utama, 2007, 22. Nurul Elfrida, โ€œPola Komunikasi Antar Pribadi Di Kalangan Jamaah Tarekat Sammaniyah Menurut Al Qurโ€™an Di Desa Teluk Sentosa Kecamatan Panai Hulu Kabupaten Labuhan Batuโ€ Skripsi, UIN Sumatera Utara Medan, 2017, i. Mirhan Mirhan, โ€œKarisma KH Muhammad Zaini Abdul Ghani Dan Peran Sosialnya 1942-2005,โ€ Jurnal Ilmiah Ilmu Ushuluddin 12, no. 1 2016 59โ€“86. Muhamad Basyrul Muvid & Nur Kholis, Konsep Tarekat โ€ฆ. 95 Dengan demikian tarekat Sammaniyah hadir sebagai solusi bagi masyarakat post modern untuk mendidik mereka menjadi pribadi yang saleh secara spiritual dan sosial, tangguh dan tetap memiliki sikap optimis dalam hidup dengan tidak meningalkan nilai-nilai keImanan kepada Tuhan. Untuk itu, tarekat sebagai jalan menggapai kebersamaan dan proses mengenal Allah,serta sebagai jalan untuk mendekatkan diri kepada bisa dijadikan sebagai jalan alternatif dalam mengentaskan masyarakat dari krisis spiritual, moral dan sosial menuju kepada masyarakat yang saleh. Berikut bagan tentang peran tarekat Sammaniyah dalam membentuk moral, spiritual dan sosial masyarakat post modern Gambar 2 bagan tentang peran tarekat Sammaniyah dalam membentuk moral, spiritual dan sosial masyarakat post modern PENUTUP Kesimpulan dari tulisan ini dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian yakni Pertama, bahwa tarekat Sammaniyah ini didirikan oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Karim al Samman 1130-1189 H/1718-1775 di Madinah. Di antara muridnya yang berasal dari Nusantara yang kemudian hari menyebarkan tarekat Sammaniyah di Nusantara pada abad ke 18 M di antaranya Muhammad Arsyad al Harun Nasution, Islam Rasional Bandung Mizan, 1996, 361โ€“62. Ibid., 366. Peran Tarekat Sammaniyah dalam Pembentukan Moral, Spiritual, dan Sosial Masyarakat Amaliah Ratib Samman dan Zikir Samman Kharismatik; Ketokohan sang Mursyid Dakwah dialogis; bil lisan, bil hal Berpengaruh positif pada pembentukan moral, spiritual, sosial masyarakat Dialogia, Vol. 18, No. 1, Juni 2020 96 Banjari, Abd al Rahman al Fathani, Abdu al Samad al Palimbani, Tuan Haji Ahmad dan Muhyiddin bin Syihabuddin, Syaikh Nafis al Banjari. Kedua, konsep ajaran tarekat Sammaniyah ini di antaranya 1 zikirnya yang dibaca dengan suara keras dan melengking, khususnya ketika mengucapkan lafadz la ilaha illa Allah zikir tahlil dan berbagai tingkatan dan macam zikir samman. 2 tawassul, 3 ratib samman kumpulan doa dan wirid, 4 memperbanyak shalat, zikir, bersikap lemah lembut kepada kaum fakir miskin, tidak terlalu mencintai dunia, mendayagunakan akal rabbaniyah dan tauhid kepada Allah dalam dzat, sifat dan afโ€™alnya. Ketiga, amaliah dan peran mursyid menjadi strategi khusus tarekat ini dalam melakukan proses pendidikan, bimbingan dan pembentukan moral, spiritual dan sosial bahkan sikap politik masyarakat. Di antaranya 1 amaliah zikir samman dan ratib samman, 2 proses tazkiyah an nafs, 3 kharismatik; ketokohan sang mursyid terhadap kehidupan sosial politik masyarakat, 4 dakwah dialogis yang diperankan sang mursyid untuk membimbing ruhani, moral dan sikap masyarakat. DAFTAR RUJUKAN Abdurrahman Dudung. Metode Penelitian Sejarah Islam. Yogyakarta Ombak, 2012. Adz-Dzaky, M. Hamdani Bakran. Konseling psikoterapi Islam Penerapan metode sufistik. Yogyakarta Fajar Pustaka Baru, 2002. Al Kaf, Idrus. โ€œTarekat dan Pemberdayaan Ekonomi Umat Studi tentang Pemberdayaan Ekonomi Umat Tarekat Idrisiyah Pegeningan Tasikmalaya.โ€ Disertasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008. Al Munawwar, Said Agil Husain. al Qurโ€™an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki. Jakarta Ciputat Press, 2004. Al Palimbani, Abdus Samad. Sair al Salikin ila Ibadat ar Rabbi al Alamin. Kairo 1953. Alfaiz. โ€œSufism Approached in School Counseling Service An Analysis of Perspective Spiritual Counseling.โ€ Schoulid Indonesian Journal of School Counseling 2, no. 1 2017 1โ€“7. doi Muhamad Basyrul Muvid & Nur Kholis, Konsep Tarekat โ€ฆ. 97 Al-Ghazali. Raudhah ath-Thalibin wa Umdat as-Salikin. Beirut Darul Qalam, Andrian, Restu. โ€œModernisasi Tasawuf Dalam Pengembangan Pendidikan Karakter.โ€ Jurnal Mudarrisuna 9, no. 1 2019 36โ€“50. doi Arifin, Miftahul. Sufi Nusantara; Biografi, Karya Intelektual dan Pemikiran Tasawuf. Yogyakarta ar Ruzz Media, 2014. Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta Rineka Cipta, 2002. Azra, Azyumardi. Jaringan Ulama Timur Tenggah Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII; Akar Pembaharuan Islam di Indonesia. Jakarta Prenada, 2004. Bruinessen, Martin van. Kitab Kuning, Pesantren, Dan Tarekat Tradisi-Tradisi Islam Di Indonesia. Bandung Mizan, 1995. โ€”โ€”โ€”. โ€œTarekat dan Politik Amalan Untuk Dunia atau Akherat.โ€ Jurnal Pesantren 9, no. 1 1992 3โ€“4. Daudi, Abu Mualana Syaikh Muhammad Arsyad al Banjari. Tuan Haji Besar. Martapura Sekretaris Madrasah Sulum al Ulum_Dalam Pagar, 1980. Elfrida, Nurul. โ€œPola Komunikasi Antar Pribadi Di Kalangan Jamaah Tarekat Sammaniyah Menurut Al Qurโ€™an Di Desa Teluk Sentosa Kecamatan Panai Hulu Kabupaten Labuhan Batu.โ€ Skripsi, UIN Sumatera Utara Medan, 2017. Gibb, Shorter Encyclopedia of Islam. Leiden E. J. Brill, 1974. Hemina. โ€œEksistensi Ratib Samman Sebagai Kearifan Lokal Dalam Mempengaruhi Sosial Budaya Keberagaman Masyarakat Tanjang Pauh Pada Era Modern.โ€ Jurnal Islamika 6, no. 1 2016 5โ€“10. Hs, M. A. Achlami. โ€œTasawuf Sosial Dan Solusi Krisis Moral, Ijtimaiyya.โ€ Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam 8, no. 1 2015 90โ€“102. doi Dialogia, Vol. 18, No. 1, Juni 2020 98 Imron, Ali. โ€œMuhammad Arkoun Sang Pemikir Islam Modernis Dan Tokoh-Tokoh Yang Mempengaruhinya.โ€ Jurnal IAIT Kediri 28, no. 2 2017 317โ€“332. doi Isa, Abdul Qadir. Hakikat Tasawuf. Translated by Khairul Amru and Afrizal Lubis. Jakarta Qisthi Press, 2005. Jannah, Raudatun. โ€œPeran Tarekat Sammaniyah Dalam Perang Menteng Melawan Kolonial Belanda di Palembang.โ€ Medinate 13, no. 2 June 2017 119. Khoiruddin, M. Arif. โ€œPeran Tasawuf Dalam Kehidupan Masyarakat Modern.โ€ Tribakti Jurnal Pemikiran Keislaman 27, no. 1 2016 113โ€“130. doi Kholis, Nur. โ€œIslamic Universities Facing Disruptive Era Implication for Management Change.โ€ In Proceedings of the 19th Annual International Conference on Islamic Studies, AICIS 2019, 1-4 October 2019, Jakarta, Indonesia. Jakarta, Indonesia EAI, 2020. doi Maโ€™arif, Muhammad Anas. โ€œKonsep Pemikiran Pendidikan Toleransi Fethullah Gulen.โ€ Jurnal Pemikiran Keislaman 30, no. 2 July 6, 2019 295โ€“307. doi Mirhan, Mirhan. โ€œKarisma KH Muhammad Zaini Abdul Ghani Dan Peran Sosialnya 1942-2005.โ€ Jurnal Ilmiah Ilmu Ushuluddin 12, no. 1 2016 59โ€“86. Mulyati, et al, Sri. Mengenal dan Memahami Tarekat-tarekat Muktabarah di Indonesia. Jakarta Prenada Media, 2005. Muthahhari, Ayatullah Murtadha. Dasar-dasar Epistemologi Pendidikan Islam. Jakarta Sadra Press, 2011. Muvid, Muhamad Basyrul. Strategi dan Metode Kaum Sufi Dalam Mendidik Jiwa. Kuningan Goresan Pena, 2019. Nashr, Seyyed Hossein. Ensiklopedia Tematis, Spiritualitas Islam; Manifestasi. Bandung Mizan, 2003. Nasution, Harun. Islam Rasional. Bandung Mizan, 1996. Nazir, Nazir. Metode Penelitian. Bogor Ghalia Indonesia, 2005. Muhamad Basyrul Muvid & Nur Kholis, Konsep Tarekat โ€ฆ. 99 Niโ€™am, Syamsun. Wasiat Tarekat Hadratus Syaikh Hasyim Asyโ€™ari. Yogyakarta ar Ruzz Media, 2016. Nuraida. โ€œKonsep Tasawuf Syaikh Muhammad Arsyad al Banjari.โ€ Wardah 14, no. 30 2015 148โ€“151. Purwadaksi, Ahmad. Ratib Samman dan Hikayat Syaikh Muhammad Samman. Disertasi Fakultas Sastra Universitas Indonesia Jakarta, 1992. Putro, Suadi. Muhammad Arkoun Tentang Islam Dan Modernitas. Jakarta Paramadina, 1998. Rahman, Ahmad. Sastra Ilahi Ilham Sirriyah Tuangku Syaikh Muhammad Ali Hanafiah. Cet. 1. Jakarta Hikmah, 2004. Ravico. โ€œHubungan Sosial Politik Tarekat Sammaniyah Dengan Kesultanan Palembang Darussalam.โ€ Jurnal Islamika 18, no. 02 2018 23โ€“36. Saifuddin. Pemikiran Tasawuf Syaikh Arifin Sufi Tauhid Abad XXI. Jakarta Hijri Pustaka Utama, 2007. Saleh, Fauzan. Tarekat Sammaniyah di Bumi Serambi Mekkah. Banjarmasin Condes Kalimantan, 2010. Syukur, Amin. Tasawuf kontekstual Solusi problem manusia modern. Yogyakarta Pustaka Pelajar, 2014. Syukur, M. Amin. Menggugat Tasawuf. Yogyakarta Pustaka Pelajar, 1999. Yani, Zulkarnain. โ€œTarekat sammaniyah di palembang.โ€ Tamaddun Jurnal Kebudayaan dan Sastra Islam 14, no. 1 2014 19โ€“38. Yulita, Mansur. โ€œTarekat Khalwatiyah Syaikh Yusuf dan Tarekat Khalwatiyah Samman di Desa Kassi, Maros, Ujung Pandang.โ€ Skripsi, Fakultas Sastra Universitas Indonesia Jakarta, 1995. ... Secondly, Samaniyah Tariqa and its role form the social community Helmina 2016;Hidayat 2007;Jannah 2017;Muvid & Kholis 2020;Ravico 2018;Restia, Al-Kaf & Herwansyah 2020. Those research stresses that Samaniyah Tariqa has tight relation with the sociological condition of the society in educational processes, moral construction and political attitude of the society. ...Munir Munir Mailin Mailin MailinIdrus AlkafScholars have widely discussed the paradigm of integration of Islam and science. Still, a model of integration of Islam and science that uses the reasoning of Martabat Tujuh [seven grades] has not been found. Therefore, this study sought to investigate the manuscripts of Shaykh Abdussamad al-Palimbaniโ€™s Martabat Tujuh in the integration of Islam and science. This study used a descriptive qualitative approach, and data collection techniques were documentation and interviews. This study found two spiritual reasons in the manuscript of Shaykh Abdussamad al-Palimbaniโ€™s Martabat Tujuh tanazzul [move down] deductive reasoning and taraqqi [move up] inductive The article contributed to developing the integration of Islam and science in Indonesia. The manuscripts of Martabat Tujuh [seven grades] by Shaykh Abdussamad al-Palimbani offer the circular motion of Martabat Tujuh as a model for integrating knowledge. The circular motion model of Martabat Tujuh is expected to be used as a theoretical basis for applying knowledge integration at various Islamic universities in Indonesia.... However, fatwa issued by the bureaucratic clerics or the clerics at the top was able to determine right from wrong, and fatwas issued by them were authoritative, free from practical political interests, so that they deserved to be followed or did not give rise to authoritarianism. Coercion to include religious authority into the frame of political authority could make religion a political shield for power on the one hand, because it made religion legitimise authoritarian actions on the other hand Muvid & Kholis 2020. ...During the Palembang Sultanate, the Sammaniyah order was the official religion of the Palembang palace. Sammaniyah tariqa scholars were also made officials and advisers to the sultan. This article aims to discuss the power relations of the Palembang Sammaniyah ulama in terms of continuity and change in the regime of power. From the 19th to the 20th centuries, the Sammaniyah tariqa lived and developed under five regimes of power, namely the Sultanate of Palembang Darussalam, the Dutch colonists, the Japanese invaders, the Old Order and New Order. Palembang Sammaniyah tarekat scholars who are considered conservative kaum tuo have to deal with modern scholars kaum mudo because of the khilafiyah problem. As a result, there was a great shift by the Sammaniyah ulama in maintaining and developing the Sammaniyah order in Palembang. Firstly, the shift occurred in the role and function of the ulama of the tarekat, changing from religious leaders who teach Islamic religious knowledge to multifunctional scholars in dealing with modernism by utilising public space. Secondly, the charismatic nature of the Sammaniyah tarekat ulama formed the authority of the ulama so that the ulama could play a role in sociopolitical affairs in each power regime. Thirdly, contemporary tarekat scholars and Sammaniyah tarekat scholars who are considered conservative scholars could compete with mudo people who were considered religious reformers. Besides, the ongoing Islamisation challenged the Sammaniyah tariqa scholars in maintaining and developing the Sammaniyah tariqa. Contribution This research will contribute to determining the relationship between power and the existence of scholars. The question that the article tries to explore is how the identity and existence of the ulama could survive every change of power in Palembang. This article will discuss the changes in power that have occurred in each period that caused a change in mindset and a shift in the identity of the ulama. This study discusses the power relations of the Palembang Sammaniyah ulama in changing regimes of power and finds the fact that power can affect the Maliki Abitolkha Muhamad Basyrul MuvidMaulana Arafat LubisThe tarekat is not only understood as a spiritual-religious organization, but also a socio-political organization capable of contributing to the nation's sovereignty and independence. This research aims to find and analyze the process of revitalizing the national political values of the QadiriyahwaNaqsyabandiyah order. The method used is studying literature by digging into various references, documentation, and journals that correspond to the topic. From the literature, it was found that the QadiriyahwaNaqsyabandiyahtarekat successfully played its socio-political role to help the People and People of Indonesia get out of the difficulties, sufferings, and tribulations of colonialism. Because its role as social jam'iyah is minimal, so tarekat extends to the religio-political aspect. Then, the process of revitalizing the national political values of the Qadiriyah wa Naqsyabandiyah order can be seen from several steps through the role of the elite of the order, through the religio-political system, relations with political parties, through the synergy between the encouragement of Islamic teachings, the motivation of individuals and groups, and interaction with the outside world, through the function of the order as a religious and social institution. ุงู„ู…ู„ุฎุต ูˆู„ุง ูŠููู‡ู… ุงู„ุฃู…ุฑ ุนู„ู‰ ุฃู†ู‡ ู…ู†ุธู…ุฉ ุฏูŠู†ูŠุฉ ุฑูˆุญูŠุฉ ูุญุณุจุŒ ุจู„ ู‡ูˆ ู…ู†ุธู…ุฉ ุงุฌุชู…ุงุนูŠุฉ ูˆุณูŠุงุณูŠุฉ ู‚ุงุฏุฑุฉ ุนู„ู‰ ุงู„ู…ุณุงู‡ู…ุฉ ููŠ ุณูŠุงุฏุฉ ุงู„ุฃู…ุฉ ูˆุงุณุชู‚ู„ุงู„ู‡ุง. ูˆุงู„ุบุฑุถ ู…ู† ู‡ุฐุง ุงู„ุจุญุซ ู‡ูˆ ุฅูŠุฌุงุฏ ูˆุชุญู„ูŠู„ ุนู…ู„ูŠุฉ ุชู†ุดูŠุท ุงู„ู‚ูŠู… ุงู„ุณูŠุงุณูŠุฉ ุงู„ูˆุทู†ูŠุฉ ู„ู„ุฑู‡ุจุงู†ูŠุฉ ุงู„ู‚ุงุฏุฑูŠุฉ ูˆุงู„ู†ู‚ุดุจู†ุฏูŠุฉ. ุงู„ุทุฑูŠู‚ุฉ ุงู„ู…ุณุชุฎุฏู…ุฉ ู‡ูŠ ุฏุฑุงุณุฉ ุงู„ุฃุฏุจ ู…ู† ุฎู„ุงู„ ุงู„ุจุญุซ ููŠ ู…ุฑุงุฌุน ูˆูˆุซุงุฆู‚ ูˆู…ุฌู„ุงุช ู…ุฎุชู„ูุฉ ุชุชูˆุงูู‚ ู…ุน ุงู„ู…ูˆุถูˆุน. ูˆูƒุงู†ุช ุงู„ู†ุชูŠุฌุฉ ุฃู† ู‚ุงู…ุช ุฑู‡ุจุงู†ูŠุฉ ุงู„ู‚ุงุฏุฑูŠุฉ ูˆุงู„ู†ู‚ุดุจู†ุฏูŠุฉ ุจู†ุฌุงุญ ุจุฏูˆุฑู‡ุง ุงู„ุงุฌุชู…ุงุนูŠ - ุงู„ุณูŠุงุณูŠ ู„ู…ุณุงุนุฏุฉ ุดุนุจ ูˆุดุนุจ ุฅู†ุฏูˆู†ูŠุณูŠุง ุนู„ู‰ ุงู„ุฎุฑูˆุฌ ู…ู† ุงู„ุตุนูˆุจุงุช ูˆุงู„ู…ุนุงู†ุงุฉ ูˆุงู„ู…ุญู† ุงู„ุชูŠ ูŠุนุงู†ูŠ ู…ู†ู‡ุง ุงู„ุงุณุชุนู…ุงุฑ. ุฏูˆุฑ ุงู„ุฌุงู…ูŠุฉ ุงู„ุงุฌุชู…ุงุนูŠุฉ ุงู„ุฏูŠู†ูŠุฉ ู…ุญุฏูˆุฏ ุฌุฏุงู‹ุŒ ู„ุฐู„ูƒ ูŠู…ุชุฏ ุฅู„ู‰ ุงู„ุฌุงู†ุจ ุงู„ุชุฏูŠู†ูŠ ูˆุงู„ุณูŠุงุณูŠ. ุซู… ูŠู…ูƒู† ุฑุคูŠุฉ ุนู…ู„ูŠุฉ ุชู†ุดูŠุท ุงู„ู‚ูŠู… ุงู„ุณูŠุงุณูŠุฉ ุงู„ูˆุทู†ูŠุฉ ู„ู„ุฑู‡ุจุงู†ูŠุฉ ุงู„ู‚ุงุฏุฑูŠุฉ ูˆุงู„ู†ู‚ุดุจู†ุฏูŠุฉ ู…ู† ุนุฏุฉ ุฎุทูˆุงุช ู…ู† ุฎู„ุงู„ ุฏูˆุฑ ู†ุฎุจุฉ ุงู„ู†ุธุงู…ุŒ ู…ู† ุฎู„ุงู„ ุงู„ู†ุธุงู… ุงู„ุชุฏูŠู†ูŠ - ุงู„ุณูŠุงุณูŠุŒ ูˆุงู„ุนู„ุงู‚ุงุช ู…ุน ุงู„ุฃุญุฒุงุจ ุงู„ุณูŠุงุณูŠุฉุŒ ู…ู† ุฎู„ุงู„ ุงู„ุชุขุฒุฑ ุจูŠู† ุชุดุฌูŠุน ุงู„ุชุนุงู„ูŠู… ุงู„ุฅุณู„ุงู…ูŠุฉุŒ ูˆุฏูˆุงูุน ุงู„ุฃูุฑุงุฏ ูˆุงู„ุฌู…ุงุนุงุชุŒ ูˆุงู„ุชูุงุนู„ ู…ุน ุงู„ุนุงู„ู… ุงู„ุฎุงุฑุฌูŠุŒ ู…ู† ุฎู„ุงู„ ูˆุธูŠูุฉ ุงู„ู†ุธุงู… ูƒู…ุคุณุณุฉ ุฏูŠู†ูŠุฉ ูˆุงุฌุชู…ุงุนูŠุฉ. AbstrakTarekat tidak hanya dipahami sebagai organisasi keagamaan spiritual, semata, namunia sebagai organisasi social politik yang mampu memberikan kontribusi terhadap kedaulatan dan kemerdekaan bangsa. Tujuan penelitian ini ingin menemukan dan menganalisis proses revitalisasi nilai-nilai politik kebangsaan tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah. Metode yang digunakan adalah studi kepustakaan dengan menggali berbagai referensi, dokumentasi, dan jurnal-jurnal yang sesuai dengan topik. Hasil yang ditemukan ialah Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah berhasil memainkan peran sosial politiknya untuk membantu masyarakat dan bangsa Indonesia keluar dari kesulitan, penderitaan dan kesengsaraan akibat penjajahan. Peran sebagai jamโ€™iyah social keagamaan sangat terbatas, sehingga diperluas kepada aspek religio-politik. Kemudian, proses revitalisasi nilai-nilai politik kebangsaan tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah dapat dilihat dari beberapa langkah melalui peranan elit tarekat, melalui system religio-politik, relasi dengan partai politik, melalui sinergitas antara dorongan ajaran Islam, motivasi individu dan kelompok, dan interaksi dengan dunia luar, melalui fungsi tarekat sebagai lembaga keagamaan dan sosial. Zulkarnain YaniThis paper describes the study of the history and development of the Sammaniyah tarekat, that appear in Palembang, accompanied by the leader of Sammaniyah in Palembang. This study is interesting in view of the lack of accurate and valid references on the development of the Sammaniyah in Palembang. It is brought by one of the famous scholars Palembang, namely Shaykh 'Abd al-Samad al-Jawi al-Falimbani. The tarekat is becoming very famous in Palembang people with various religious rituals, which are performed at the Great Mosque in Palembang and religious social life of everyday people of Palembang. A. Pendahuluan Ajaran Islam berkembang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan pemikiran penganutnya. Perkembangan ini mengarah pada keluasan dan kerincian substansi ajarannya, sehingga terasa lebih spesifik dan lebih mudah diterima serta diamalkan. Hal ini terjadi hampir pada semua aspek ajarannya, termasuk dalam kehidupan kerohanian yang terkenal dengan tarekat. Jalan kerohanian dalam dunia tarekat meliputi zikir yang terus menerus dan menghindarkan diri dari sesuatu yang melupakan Tuhan. Dalam hal ini, Harun Nasution mengatakan bahwa jalan kerohanian dalam tarekat adalah bagaimana seseorang berada sedekat mungkin dengan Tuhan. 1 Sehingga, tarekat merupakan jalan spiritual bagi seseorang yang di dalamnya berisi amalan ibadah dan lainya dengan menyebut nama Allah dan sifat-sifat-Nya disertai dengan penghayatan yang mendalam. Ketika berbicara tentang tarekat maka persoalan mengenai tasawuf akan ikut dibahas, hal ini dikarenakan antara tarekat dan tasawuf saling berhubungan 1 Harun Nasution, Filsafat dan Mistisime dalam Islam, cetakan III, Jakarta Bulan Bintang, 1983, h. 63. Nur KholisNew disruptive online-based innovations have shaken and even replaced many incumbent business practices. They also disrupted many university operations and their effects would be stronger in the future. This conceptual paper aims at discussing ideas that Islamic universities in Indonesia may use for their survival and continuous development in the era of disruption. This study uses extant literature pertaining to the topic studied. Data were analyzed inductively to present synthesized information regarding the strategies useful for Islamic universities in facing disruptive era. The study concludes that Islamic universities should undergo fundamental changes in order to meet the requirement of a disruptive era. This includes, first, a paradigm shift in the system operation from hierarchical and rigid systems to agile, adaptive, and innovative systems. Second, the expansion and diversity of program offerings based on ICT should be afforded. Third, the curriculum model should seek to build a proper human value balancing hard and soft skills. Fourth, the learning model should be shifted from 'productive' to 'generative' one. Fifth, for achieving generative learning, student-centered learning approaches, problem-based learning should be implemented. A further empirical study is needed to map out the readiness of Islamic universities in adapting to the era of Anas Ma'arifThe purpose of writing this article is to explain the concepts, thoughts and application of education according to Gulen. Such as the integration of Islam and science, the internalization of love and tolerance, modern tasawuf, the golden generation, Islam rahmatan lil alamin and human services with hizmet. This paper uses the library research method by collecting books, journal articles, original web and writings that are relevant to the themes discussed. Finding Fethullah Gulen is an influential figure in the world of education as evidenced by schools managed by Gulen Movement established in 130 countries. Gulen applies hizmet as a missionary service to serve people who are engaged in the world of education. Modern sufist education models that integrate esoteric aspects and exoteric aspects. Teaches love in education, tolerance by dialogue and integrating Islam and science as a whole. All of them are to form a golden generation that is able to answer the changing times and become a man of love and a harmonious AndrianSufism is a science that examines the process of beautifying morals in the form of birth and purification of the soul spiritually to achieve happiness in the world and the hereafter. In the context of broader modernism, Sufism is also associated with psychology and other general sciences. This phenomenon illustrates that Sufism can be interpreted comprehensively with various approaches which will then produce various kinds of innovations in the development of knowledge, including education. Sufism can be applied and applied through a character education approach that emphasizes value planting. The dynamics of modern life grow along with human needs that continue to grow. The need that continues to grow will then backfire for humans and their groups if they are not able to be packaged in a useful context. The problems of modern life can be packaged in Sufism scholarship that has been modernized in character education. Ravico RavicoThe Sammaniyah Order was the largest in the archipelago and became the driver of jihad fi sabilillah against the Dutch colonial. The involvement of the Sammaniyah Congregation in the political world has denied various views that claim the tarekat as the bearer of setbacks and chaos. This reason is the basis of this tarekat and political study. To find answers to the grand problem of the relationship between the Sammaniyah Congregation and the Palembang Darussalam Sultanate, historical research methods are used with steps such as heuristics, verification, interpretation and historiography. This study can conclude that between the Sammaniyah Congregation and the Palembang Darussalam Sultanate had a very close relationship the Palembang Darussalam Sultanate was the protector of the congregation in the sultanate region so that the religious system in Palembang would continue, while the Sammaniyah Congregation as the community elite became a driver of Islamic practice. Alfaiz AlfaizThis article will provide a new paradigm of thinking and practical in counseling, it based on the needs of counseling services that have been merely empirical and determinist counseling that still do not have a good influence in helping to solve problems that occur on social, cultural, political and education phenomena in this time. Moreover, when the government provides a new curriculum 2013 that lead to the formation of character like a soft skill competencies, which is very important at this time. With a variety of social and educational problems has pushed a writer to provide a new thinking and practical in counseling with a Sufism mysticism approached in counseling. In this case, the approach is to have a client through a station process levels/maqam into enlighten character and mind. Therefore, this article will discuss a Sufism approached mysticism in the process of counseling services as spiritual JannahThe background was the involvement of the Sammaniyah order in the Menteng war in 1816, indicating the political role played by the Sammaniyah order. Theologically the tarekat is a group that tries to distance itself from world affairs, while the Sammaniyah order participates in the political arena of the Palembang Sultanate. In writing this study using the method of historical research with the stages. This study is a library research library research using descriptive analysis. From the results of the analysis it is known that the Sammaniyah congregation at the level of society in the Sultanate of Palembang is a group of religious elites, who are capable of fostering, guiding their followers towards the path of Allah. . The Sammaniyah Order brought by Shaykh Abdul Shamad al-Palembani had a major influence and an important role in the efforts of politics against the Dutch colonialism with the teachings of jihad fi sabilillah. The role of a central figure in this case is Haji Zain who has charisma so easily invites his followers to fight colonialism. Not only as a religious leader in the Sammaniyah order, Haji Zain in the Menteng war had a role as warlord. M. Arif KhoiruddinKehidupan masyarakat saat ini nampak tumbuh dan berkembang sifat-sifat materialistik dan hedonisme, gejala ini ditandai dengan menjadikan materi sebagai tolak ukur untuk mencapai kesuksesan dan kebahagian. Masyarakat berlomba-lomba mencari dan mendapatkan materi sebanyak-banyaknya. Dorongan seperti ini berdampak kecenderungan masyarakat bertindak tanpa kontrol demi mendapatkan apa yang diinginkan dengan menghalalkan segala cara tanpa memperdulikan sesama, hilangnya kepedulian sosial, kecenderungan individualistis, materialistis, kapitalis dan hedonis. Tasawuf dalam kehidupan sosial mempunyai pengaruh yang signifikan dalam menuntaskan permasalahan dan penyakit sosial yang ada, amalan yang terdapat dalam ajaran tasawuf akan membimbing seseorang dalam mengarungi kehidupan dunia menjadi manusia yang arif, bijaksana dan profesional dalam kehidupan bermasyarakat dan memberikan nilai-nilai spiritual dan sosial yang jelas. Bentuk ajaran yang ditawarkan untuk membersikan jiwa dan penyakit sosial tersebut dalam ajaran tasawuf dapat dilakukan dengan melalui tiga tahapan yaitu Takhalli membersihkan diri dari sifat-sifat tercela, dari maksiat lahir dan maksiat batin yang mengotori hati manusia seperti iri dan dengki, buruk sangka, sombong, membanggakan diri, pamer, pemarah dan sifat-sifat tercelah yang lain. Tahalli mensucikan atau menghiasi diri dengan sifat-sifat terpuji, dengan taโ€™at lahir dan taat batin. Tajalli terungkapnya nur ghaib untuk hati. Ali Ali ImronArtikel ini membahas tentang pemikiran Arkoun yang menyarankan umat Islam agar menghilangkan atau membebaskan diri dari dogmatis dan menggantinya dengan pemahaman yang obyektif tanpa adanya kesalahpahaman dan unsur kepentingan. Dalam menghadapi sikap kontemporer Arkoun dihadapkan pada tradisi dan budaya dalam hal ini kami berpendapat bahwa tradisi yang dimaksud adalah kami istilahkan dengan pra tradisi dan pasca tradisi, artinya adalah keadaan dimana waktu yang sebelum dan sesudah turunnya wahyu atau ayat dan keadaan dimana peradaban mulai berkembang. Modernitas cenderung menolak dua tradisi diatas walaupun pada kenyataannya tiga peradaban ini saling berinteraksi sesuai dengan lingkungan sosial budaya dan historis, adanya perubahan prinsip dalam pemikiran atau bidang-bidang kehidupan yang lain. Dari itu semua ada dua sisi dalam melihat modernitas baik didunia Islam maupun barat a. Kutub klasik kuno dan tradisional. b Masa depan yang penuh dengan inofatif dan berorientasi serta bercakrawala luas, dua sisi inilah yang akan saling berhubungan antara tradisi dan modern. Masuknya modernitas ke dunia Islam melalui proses yang disebut dengan pemaksaan atau serbuan ataupun dengan bahasa kami yaitu pemaksaan yang positif terhadap suatu budaya dan peradaban melalui kekerasan yang bersifat militer.

dzikir tarekat sammaniyah guru sekumpul